PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia disingkat ICMI adalah sebuah organisasi cendekiawan muslim di Indonesia.Pembaharuan akhir abad ke 20 ditandai dengan lahirnya organisasi yang berbasis Islam yang dibentuk oleh mahasiswa Islam. pergerakan muslim intelektual yang berbasis mahasiswa Islam bermula Pada awal 1990-an para mahasiswa merasa terpukul dengan adanya perpecahan dikalangan intelegensia muslim yang terus berlangsung. Intelektual muda yang tergabung dalam HMI (Himpunan Mahasiswa Indonesia) ini menggaungkan pemikiran tentang pembaruan Islam. Gerakan pembaruan ini ingin memberikan pemahaman Islam secara lebih mendalam. Mengedepankan unsur aqidah dengan menjalankan amalan ibadah Islam secara benar.
Gerakan Islam kultural ini dengan dimulai mendirikan badan-badan yang intinya mengajarkan kepada pelaksanaan ajaran Islam secara kaffah. Yang mana pada awal tahun 1990 Gelombang sekulerisme di kampus-kampus yang berlandaskan pancasila (nasionalis) telah meminggirkan ajaran-ajaran Islam yang membuat golongan muda menjadi sekuler dan meniggalkan tradisi-tradisi Islam.
Kaum intelektual muda ini diidentifikasikan kemudian sebagai middle-class (kelas menengah). Melihat kesenjangan sosial yang semakin tinggi, kelas menegah dengan pergerakan Islam kulturalnya ini melakukan aksi yang nyata dalam menyikapi kemsikinan. Memberikan sumbangan, dan menggaungkan bahwa gerakan Islam ini diharapkan akan dapat merubah kehidupan bangsa menjadi lebih baik.
Kelas menengah ini menyikapi pemerintah tidak dengan gerakan yang anarkis dan radikal. Mereka bertindak lebih moderat dengan mendukung ide “pembangunan” yang dicetuskan pemerintah melalui Golkarnya. Nurcholis Madjid merupakan tokoh yang menjadi barisan terdepan dalam pergerakan kelas menengah ini. Perkembangan selanjutnya adalah bahwa para intelektual muslim ini memikirkan bagaimana masa depan umat Islam dan bangsa Indonesia. Mereka mulai melakukan diskusi-diskusi yang dimulai dari Universitas Brawijaya di Malang. Setidaknya disana berkembang ide-ide mengenai pembaruan dan membentuk komunitas muslim intelek yang kondusif yang dinamakan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI)
Dari pemaparan latar belakang masalah diatas penulis akan membahas secara terperinci dalam bentuk sebuah makalah dengan judul pembaharuan akhir abad ke 20 (ICMI Indonesia)., dalam pembahasan sebagai berikut.
B. Rumusan Dan Batasan Masalah
Adapun rumusan dan batasan masalah dalam pembahasan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Apa Pengertian ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia)?
2. Apa yang Melatarbelakangi kelahiran ICMI?
3. Apa Visi Misi dan Tujuan ICMI?
4. Apa saja pembaruan ICMI?
BAB II
PEMBAHASAN
A . Pengertian ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia)
Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia disingkat ICMI adalah sebuah organisasi cendekiawan muslim di Indonesia.
Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia adalah organisasi kemasyarakatan yang bersifat ke-Islaman, ke-Indonesiaan, kebudayaan, keilmuan, dan kecendekiawanan. Cendekiawan adalah kata benda, sedangkan kecendekiawanan adalah kata sifat. Kendekiawan adalah sifat, keadaan cendekiawan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan cendekiawan. [1]
Cendekiawan Muslim adalah seorang atau sekelompok orang Islam yang terus menerus meningkatkan kemampuan berpikir, menggali, memahami dan mengamalkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kehidupan kesagamaan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan untuk diabdikan bagi kesejahteraan ummat manusia.[2]
Menurut peneliti kata pengertian yang tepat untuk cendekiawan muslim menurut gambaran al-Qur’anadalah ulul albab. Sebab ulul albab mengandung arti orang yang memiliki akal yang cemerlang, tajam dalam menganalisa sehingga dapat mengambil faedah-faedah yang tersembunyi dibalik suatu kejadian.[3]
ICMI adalah siangkatan dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia yang diartikan sebagai sekumpulan oaring-orang intelek dan pemikir yang memiliki kemampuan dalam memahami dan mengamalkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan beragama, sosial, dan bermasyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
B. Latar belakang kelahiran Icmi
Kelahiran ICMI bukankah sebuah kebetulah sejarah belaka, tapi erat kaitannya dengan perkembangan global dan regional di luar dan di dalam negeri. Menjelang akhir dekade 1980-an dan awal dekade 1990-an, dunia ditandai dengan berakhirnya perang dingin dan konflik ideologi.[4]
Seringin dengan itu semangat kebangkitan Islam di belahan dunia timur ditandai dengan tampilnya Islam sebagai ideologi peradaban dunia dan kekuatan altenatif bagi perkembangan perabadan dunia. Bagi Barat, kebangkitan Islam ini menjadi masalah yang serius karena itu berarti hegemoni mereka terancam. Apa yang diproyeksikan sebagai konflik antar peradaban lahir dari perasaan Barat yang subyektif terhadap Islam sebagai kekuatan peradaban dunia yang sedang bangkit kembali sehingga mengancam dominasi peradaban Barat. Kebangkitan umat Islam ditunjang dengan adanya ledakan kaum terdidik (intelectual booming) yang di kalangan kelas menengah kaum santri Indonesia. Program dan kebijakan Orde Baru secara langsung maupun tidak langsung telah melahirkan generasi baru kaum santri yang terpelajar, modern, berwawasan kosmopolitan, berbudaya kelas menengah, serta mendapat tempat pada institusi-institusi modern. Pada akhirnya kaum santri dapat masuk ke jajaran birokrasi pemerintahan yang mulanya didominasi oleh kaum abangan dan di beberapa tempat oleh non muslim. Posisi demikian jelas berpengaruh terhadap produk-produk kebijakan pemerintah.
Dengan kondisi yang membaik ini, maka pada dasa warsa 80-an mitos bahwa umat Islam Indonesia merupakan mayoritas tetapi secara teknikal minoritas runtuh dengan sendirinya. Sementara itu, pendidikan berbangsa dan bernegara yang diterima kaum santri di luar dan di dalam kampus telah mematangkan mereka bukan saja secara mental, tapi juga secara intelektual. Dari mereka itulah lahir kritical mas yang responsif terhadap dinamika dan proses pembangunan yang sedang dijalankan dan juga telah memperkuat tradisi inteletual melalui pergumulan ide dan gagasan yang diekpresikan baik melalui forum seminar maupun tulisan di media cetak dan buku-buku. Seiring dengan itu juga terjadi perkembangan dan perubahan iklim politik yang makin kondusif bagi tumbuhnya saling pengertian antara umat Islam dengan komponen bangsa lainnya, termasuk yang berada di dalam birokrasi.
ICMI dibentuk pada tanggal 7 Desember 1990 di sebuah pertemuan kaum cendekiawan muslim di Kota Malang tanggal 6-8 Desember 1990. Di pertemuan itu juga dipilih Baharuddin Jusuf Habibie sebagai ketua ICMI yang pertama.
Kelahiran ICMI berawal dari diskusi kecil di bulan Februari 1990 di masjid kampus Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang. Sekelompok mahasiswa merasa prihatin dengan kondiri umat Islam, terutama kadena ?berserakannya? keadaan cendekiawan muslim, sehingga menimbulkan polarisasi kepemimpinan di kalangan umat Islam. Masing-masing kelompok sibuk dengan kelompoknya sendiri, serta berjuang secara parsial sesuai dengan aliran dan profesi masing-masing.
Dari forum itu kemudian muncul gagasan untuk mengadakan simposium dengan tema? Sumbangan Cendekiawan Muslim Menuju Era Tinggal Landas? yang direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 29 September ? 1 Oktober 1990. Mahasiswa Unibraw yang terdiri dari Erik Salman, Ali Mudakir, M. Zaenuri, Awang Surya dan M. Iqbal berkeliling menemui para pembicara, di antaranya Immaduddin Abdurrahim dan M. Dawam Rahardjo. Dari hasil pertemuan tersebut pemikiran mereka terus berkembang sampai muncul ide untuk membentuk wadah cendekiawan muslim yang berlingkup nasional. Kemudian para mahasiswa tersebut dengan diantar Imaduddin Abdurrahim, M. Dawam Rahardjo dan Syafii, Anwar menghadap Menristek Prof. B.J. Habibie dan meminta beliau untuk memimpin wadah cendekiawan muslim dalam lingkup nasional. Waktu itu B.J. Habibie menjawab, sebagai pribadi beliau bersedia tapi sebagai menteri harus meminta izin dari Presiden Soeharto. Beliau juga meminta agar pencalonannya dinyatakan secara resmi melalui surat dan diperkuat dengan dukungan secara tertulis dari kalangan cendekiawan muslim. Sebanyak 49 orang cendekiawan muslim menyetujui pencalonan B.J. Habibie untuk memimpin wadah cendekiawan muslim tersebut.
Pada tanggal 27 September 1990, dalam sebuah pertemuan di rumahnya, B.J. Habibie memberitahukan bahwa usulan sebagai pimpinan wadah cendekiawan muslim itu disetujui Presiden Soeharto. Beliau juga mengusulkan agar wadah cendekiawan muslim itu diberi nama Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia disingkat ICMI.
Tanggal 28 September 1990, sejumlah cendekiawan muslim bertemu lagi dalam rangka persiapan simposium yang akan diselenggarakan bulan Desember. Pada tanggal 25-26 November 1990, sekitar 22 orang cendekiawan yang akan membentuk wadah baru berkumpul di Tawangmangu, Solo dalam rangka merumuskan beberapa usulan untuk GBHN 1993 dan pembangunan Jangka Panjang Tahap kedua 1993-2018 serta rancangan Program Kerja dan Struktur Organisasi ICMI.
Pelaksanaan simposium sempat terganggu oleh gugatan tentang rencana B.J. Habibie sebagai calon Ketua Umum ICMI karena beliau sebagai birokrat. Kepemimpinannya dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap kebebasan para cendekiawan muslim. Tanggal 30 November sampai 1 Desember,1990. panitia secara khusus mengadakan rapat untuk menjawab isu negatif soal pemilihan Habibie. Dari pertemuan tersebut menghasilkan beberapa komitmen, pertama, berdirinya ICMI merupakan ungkapan syukur umat Islam yang mempu melahirkan sarjana dan cendekiawan. Kedua, untuk memimpin ICMI diperlukan tokoh cendekiawan muslim yang reputasi nasional dan internasinal serta dapat diterima oleh umat Islam, masyarakat Indonesia maupun pemerintah. Ketiga, hanya Unibraw ?salah satu wahana keilmuan- yang cukup pantas melahirkan organisasi itu, apalagi pemerkasanya adalah mahasiswa univeritas tersebut. Halangan juga sempat datang dari aparat keamanan setempat. Dalam rapat gabungan antara penyelenggara, pemda dan aparat keamanan di Surabaya, empat hari menjelang acara, aparat keamanan menyoal pembentukan organisasi tersebut. ICMI, kata mereka harus diwaspadai. Tapi Abdul Aziz Hosein yang menghadiri acara tersebut sebagai panitia penyelenggara mengatakan bagaimanapun ICMI akan terbentuk karena presiden sudah menyetujui dan AD/ART-nya sudah disusun.
Tanggal 7 Desember 1990 merupakan lembaran baru dalam sejarah umat Islam Indonesia di era Orde Baru, secara resmi Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dibentuk di Malang. Saat itu juga secara aklamasi disetujui kepemimpinan tunggal dan terpilih Bahharuddin Jusup Habibie sebagai Ketua Umum ICMI yang pertama. Dalam sambutannya beliau mengatakan bahwa dengan berdirinya ICMI tidak berarti kita hanya memperhatikan umat Islam, tetapi mempunyai komitmen memperbaiki nasib seluruh bangsa Indonesia, karena itu juga merupakan tugas utama.[5]
Dari pemaparan diatas penulis menyimpulkan bahwa factor yang melatar belakangi lahirnya ICMI adalah bermula Pada awal 1990-an para mahasiswa merasa terpukul dengan adanya perpecahan dikalangan intelegensia muslim yang terus berlangsung.
C. Visi Misi dan Tujuan ICMI
1. Visi. Membentuk sekolah unggul dalam menciptakan generasi muda Islam yang berkualitas tinggi dalam keimanan dan ketakwaan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu berkarya dalam kehidupan masyarakat.
2. MISI
Menciptakan generasi muda Islam masa depan yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, kreatif, inovatif, dengan landasan akhlak Islam yang tinggi, Mengembangkan lembaga pendidikan sekolah Islam unggul yang mampu menjadi harapan dan cita-cita umat Islam dan bangsa Indonesia.
3. Tujuan
Membangun/ mendirikan lembaga pendidikan formal dan non formal yang mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dalam keimanan dan ketakwaan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu mengaktualisasikannya dalam masyarakat, Menyiapkan lembaga pendidikan calon pemimpin masa depan yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mempunyai daya juang tinggi, kreatif, inovatif, dan mempunyai landasan Iman dan Taqwa yang kuat, Menyiapkan pendidik (guru) tenaga kependidikan yang kreatif dan profesional diberbagai lembaga pendidikan Islam sesuai perkembangan dunia pendidikan, Mengembangkan(desiminasi) lembaga pendidikan sekolah unggul Insan Cendekia diberbagai wilayah tanah air Indonesia, Memberikan advise dalam pengembangan sekolah unggul kepada lembaga-lembaga pendidikan di seluruh Indonesia, dan Memberikan pelatihan-pelatihan dalam rangka pengembangan sekolah unggul.[6]
4. Ide-ide Pembaruan ICMI
1. Pembaharuan Ekonomi
Menurut ICMI Secara historis para penyebar Islam berlatar belakang saudagar. Bahkan, para nabi pun adalah juga para pebisnis di zamannya. Karena itu, mengharapkan agar Muktamar ICMI V di Bogor ini juga mengagendakan pembaharuan ekonomi umat dengan melahirkan para saudagar-saudagar muslim.
ICMIselama ini telah diikuti oleh banyak lembaga perbankan lain, baik perbankan pemerintah maupun swasta dengan mengembangkan perbankan syariah. seperti Bank Mu’amalat, Dhompet Dhuafa, Harian Republika, Asuransi Takaful, PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil), Koperasi Khairu Ummah, Yayasan ICMI, Yayasan Abdi Bangsa, Yayasan Dana Madani,, Yayasan Insan Cendekia, Alisa Khadijah, dan Wisma Sakinah.[7]
Kehadiran ICMI dapat diterima sebagai gejala positif karena telah membawa pembaruan di Indonesia diantaranya masalah ekonomi syariah yang telah pemakalah paparkan diatas.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Cendekiawan Muslim adalah seorang atau sekelompok orang Islam yang terus menerus meningkatkan kemampuan berpikir, menggali, memahami dan mengamalkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kehidupan kesagamaan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan untuk diabdikan bagi kesejahteraan ummat manusia.
2. ICMI dibentuk pada tanggal 7 Desember 1990 di sebuah pertemuan kaum cendekiawan muslim di Kota Malang tanggal 6-8 Desember 1990. Di pertemuan itu juga dipilih Baharuddin Jusuf Habibie sebagai ketua ICMI yang pertama.
3. Pembaharuan ICMI selama ini telah diikuti oleh banyak lembaga perbankan lain, baik perbankan pemerintah maupun swasta dengan mengembangkan perbankan syariah. seperti Bank Mu’amalat, Dhompet Dhuafa, Harian Republika, Asuransi Takaful, PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil), Koperasi Khairu Ummah, Yayasan ICMI, Yayasan Abdi Bangsa, Yayasan Dana Madani,, Yayasan Insan Cendekia, Alisa Khadijah, dan Wisma Sakinah.
B. Saran-saran
Dalam penyusunan makalah ini penulis menginginkan adanya masukan serta kritikan dari pembaca sehingga dalam penulisan makalah – makalah lain khususnya makalah Ilmu kalam ini kami akan mendapatkan banyak revisi serta masukan dari berbagai karakteristik pembaca sehingga dimaksudkan agar dalam penulisan makalah–makalah yang lain akan menjadi lebih sistematis dan menuju kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet.2, Jakarta:Balai Pustaka: 1995.
Fauzi, Nasrullah Ali. ICMI Antara Status Quo Dan Demokratisasi. Cet.1, Jakarta; Mizan.1995.
Nainggolan, Pandangan Cendekiawan Muslim Tentang Moral Pancasila, Moral Barat Dan Moral Islam, Cet I. Jakarta: Kalam Muliah, 1997.
http://nasional.inilah.com/read/detail/1031312/icmi-targetkan-cetak-10000-saudagar-muslim#.URmVP6Odbcd/ diakses pada tanggal 10/02/2013.
[1]Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia(Cet.2, Jakarta:Balai Pustaka: 1995).,h.183
[2]Nainggolan , Pandangan Cendekiawan Muslim Tentang Moral Pancasila, Moral Barat Dan Moral Islam, Cet I, (Jakarta: Kalam Muliah, 1997), h. 124.
[3] Ibid.,h.124
[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Ikatan_Cendekiawan_Muslim_Indonesia diakses tanggal 10 feruari 2013.
[5] Nasrullah Ali Fauzi, ICMI Antara Status Quo Dan Demokratisasi (Cet.1, Jakarta; Mizan).,h.32-38
[6] Ibid.
[7] http://nasional.inilah.com/read/detail/1031312/icmi-targetkan-cetak-10000-saudagar-muslim#.URmVP6Odbcd/diakses pada tanggal 10/02/2013.
0 komentar
Posting Komentar