A. PENDAHULUAN
Alquran adalah kalam Allah yang diturunkan melalui perantaraan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw. Dengan menggunakan struktur bahasa Arab, sebagaimana firman Allah swt.,
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& $ºRºuäöè% $wÎ/ttã öNä3¯=yè©9 cqè=É)÷ès? ÇËÈ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Alquran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya”.(QS. Yusuf [12]: 2)
y7Ï9ºxx.ur çm»oYø9tRr& $¸Jõ3ãm $wÎ/{tã 4
“Dan Demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab.”(QS. al-Ra’ad {13}: 37)
Keistimewaan bahasa Arab itu antara lain Ialah: 1. sejak zaman dahulu kala hingga sekarang bahasa Arab itu merupakan bahasa yang hidup, 2. bahasa Arab adalah bahasa yang lengkap dan Luas untuk menjelaskan tentang ketuhanan dan keakhiratan. 3. bentuk-bentuk kata dalam bahasa Arab mempunyai tasrif (konjugasi) yang Amat Luas sehingga dapat mencapai 3000 bentuk peubahan, yang demikian tak terdapat dalam bahasa lain.[1]
Walaupun Alquran diturunkan dengan menggunakan struktur bahasa Arab, tetapi para sahabat memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam memahami makna Alquran. Oleh karena itu, sebagian sahabat terkadang merasa kesulitan dalam memahami sebagian ayat-ayat Alquran. Apabila hal itu terjadi, mereka bertanya kepada Nabi,lalu Nabi menjelaskannya.[2]
Sehubungan dengan itu, sebagai umat Islam yang ingin memahami kandungan Alquran sebagai hudan (petunjuk) baginya, maka tentulah sangat diperlukan penguasaan terhadap bahasa Arab beserta ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya seperti ilmu gramatikal atau ilmu nahwu, sebagaimana yang akan dibahas dalam makalah ini.
B. PEMBAHASAN
Kata interpretasi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti pemberian kesan, pendapat, atau pandangan teoritis terhadap sesuatu, juga dapat berarti tafsiran.[3] Sedang kata gramatikal berarti sesuai dengan tata bahasa atau menurut tata bahasa.[4]
Interpretasi gramatikal adalahpenafsiran Alquran berdasarkan penggunaan kaedah ilmu nahwu.[5]
Dalam makalah ini, akan dibahas beberapa persoalan yang berkaitan dengan kaedah ilmu nahwu, antara lain:
1. Maf’ul bih(Keterangan Objek)
Maf’ul bih adalah suatu isim yang menjadi objek dari al-Fi’il (kata kerja).[6]Misalnya firman Allah swt,
ª!$# Ï%©!$#t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$#uÚöF{$#ur $tBur$yJßguZ÷t/Îû ÏpGÅ 5Q$r&
“Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa.” (QS. al-Sajadah[32]: 4)
Kata Nºuq»yJ¡¡9$# udan ÚöF{$#u serta $tB pada ayat tesebut merupakan maf’ul bih atau objek dari kata kerja ,n=y{. Maksudnya, langit dan bumi beserta isinya diciptakan oleh Allah swt.
2. Maf’ul Muthlaq(Keterangan Pekerjaan)
Maf’ul Muthlaqadalah isim mashdar yang terdapat dalam suatu kalimat berpungsi sebagai muakkid(penguat) atau mubayyin (penjelas) bagi amil atau kata kerja.[7]Misalnya firman Allah swt.,
4 zN¯=x.ur ª!$#4ÓyqãB $VJÎ=ò6s?
“Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.” (QS. al-Nisa’[4]: 164)
(#qç/¤x.$uZÏG»t$t«Î/ $ygÏk=ä.÷Lài»tRõs{r'sù x÷{r& 9Ítã AÏtGø)B ÇÍËÈ
“Lalu Kami azab mereka sebagai azab dari yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa.” (QS. al-Qamr[54]: 42)
ÏMn=ÏHäqur ÞÚöF{$# ãA$t7Ågø:$#ur$tG©.ßsù Zp©.y ZoyÏnºur ÇÊÍÈ
“Dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur.” (QS. al-Haqqah [69]: 14)
Kata $VJÎ=ò6s? pada ayat pertama merupakan maf’ul muthlaq dari kata zN¯=x.. Maf’ul muthlaqdi sini berpungsi sebagai muakkid (penguat) bagi amil atau kata kerja N¯=x. . Maksudnya, Allah betul-betul berbicara secara langsung kepada Nabi Musa.
Kata ÷{r&pada ayat kedua merupakan maf’ul muthlaq dari kata Lài»tRõs{r'sù. Maf’ul muthlaq di sini berpungsi sebagai mubayyin li al-Nau’ (penjelas akan macam atau model)suatu perbuatan. Macam atau model siksaan yang diperuntukkan kepada kaum Fir’aun, seperti siksaan Allah swt.
Kata p©.y pada ayat ketiga merupakan maf’ul muthlaq dari kata $tG©.ßsù. Maf’ul muthlaq di sini berpungsi sebagai mubayyin li al-‘Adad(penjelas akan kuantitas) suatu perbuatan. Maksudnya, ketika terjadi hari kiamat, maka bumi dan gunung-gunung akan diangkat dan dibenturkan sebanyak satu kali.
3. Maf’ul Muthlaq(Keterangan Pekerjaan)
Maf’ul li Ajlihadalah suatu isim yang berpungsi menjelaskan sebab terjadinya suatu perbuatan atau pekerjaan.[8]Misalnya firman Allah swt.,
wur (#þqè=çGø)s? öNä.y»s9÷rr&spuô±yz9,»n=øBÎ) (
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.” (QS. al-Isra’ [17]: 31)
Kata puô±yz pada tersebut merupakan maf’ul li ajlih dari kata #þqè=çGø)s? . Maksudnya, ketakutan kemiskinan menjadi penyebab terjadinya pembunuhan.
4. Zharf Zaman(keterangan Waktu)
Zharf zamanadalah suatu lafazh atau nama yang menunjukkan kepada keterangan waktu.[9] Misalnya firman Allah swt.,
tbqè%§qsÜãy $tB (#qè=Ïr2 ¾ÏmÎ/tPöqt ÏpyJ»uÉ)ø9$#×
“Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat.” (QS. Ali Imran [3]: 180)
Kata Pöqt pada ayat tersebut menunjukkan kepada keterangan waktu, dimana orang-orang yang bakhil akan dikalungkan di lehernya harta yang mereka bakhilkan.
5. Zharf Makan(Keterangan Tempat)
Zharf Makanadalah suatu lafazh atau nama yang menunjukkan kepada keterangan tempat.[10]Misalnya firman Allah swt.,
¨bÎ) úïÏe$!$# yYÏã «!$#ÞO»n=óM}$#
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran[3]: 19)
Kata YÏã dalam ayat tersebut menunjukkan kepada keterangan tempat. Maksudmya, di sisi Allah agama yang diridhai hanyalah Islam.
6. Al-Hal(Keterangan Keadaan)
Al-Hal adalah suatu isim yang menjelaskan keadaan yang samar-samar dari lafazh sebelumnya.[11]Misalnya firman Allah swt.,
y7»oYù=yör&urĨ$¨Z=Ï9Zwqßu
“Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia.” (QS. al-Nisa’[4]: 79)
KataZwqßu pada ayat tersebut merupakan keterangan keadaan dari dhamir kaf. Maksudnya, Muhammad yang dimaksud dalam ayat ini yang diutus oleh Allah sebagai Rasul.
7. Al-Taukid (Keterangan Penguat)
Al-Taukid merupakan lafazh yang menguatkan lafazh sebelumnya.[12]Misalnya firman Allah swt.,
yyf|¡sùèps3Í´¯»n=yJø9$# öNßg=à2tbqãèuHødr&
“Maka bersujudlah Para Malaikat itu semuanya bersama-sama.” (QS. al-Hijr[15]: 30)
Kataلà2 dan kata bqãèuHødr& pada ayat tersebut keduanya merupakan taukid dari kata ps3Í´¯»n=yJø9$#. Maksudnya, semua Malaikat sujud kepada Allah tanpa terkecuali.
8. Al-Badl(Keterangan Pengganti)
Al-Badl merupakan kata keterangan pengganti yang menjelaskan lafazh sebelumnya.[13]Misalnya firman Allah swt.,
3 ¬!ur n?tãĨ$¨Z9$#kÏm ÏMøt7ø9$# Ç`tB tí$sÜtGó$#Ïmøs9Î)WxÎ6yt
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah.”(QS. Ali Imran[3]: 97)
Kata `tB pada ayat tersebut merupakan badl dari kata ¨$¨Z9$#. Maksudnya, kewajiban haji tidak diharuskan atas semua manusia kecuali yang mempunyai kemampuan.
9. Al-Na’at(Keterangan Sifat)
Al-Na’at merupakan keterangan sifat dari lafazh sebelumnya.[14]Misalnya firman Allah swt.,
ÉOó¡Î0 «!$#Ç`»uH÷q§9$# ÉOÏm§9$#
“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Fatihah[1]: 1)
Kata `»uH÷q§9$#dan OÏm§9$# pada ayat tersebut, keduanya merupakan na’at dari kata . Maksudnya, sifat Maha Pemurah dan Maha Penyayang, keduanya merupakan sifat dari Allah swt.
10. Al-Athf(Keterangan Tambahan)
Al-Athf merupakan keterangan tambahan dan mempunyai status yang sama dari lafazh sebelumnya.[15]Misalnya firman Allah swt.,
(#qãèÏÛr& ©!$# &s!qßuur (
“Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya.” (QS. al-Anfal[8]: 20)
Kata ã&s!qßu pada ayat tersebut merupakan athfdari kata !$#. Maksudnya, perintah ketaatan, tidak hanya kepada Allah tetapi juga kepada RasulNya.
11. Al-Tamyiz(Keterangan Penjelasan)
Al-Tamyiz merupakan lafazh yang menjelaskan lafazh yang samar-samar sebelumnya.[16]Misalnya firman Allah swt.,
ÏÎoTÎ) àM÷r&uytnr& u|³tã $Y6x.öqx.
“Sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang.”(QS. Yusuf[12]: )
Kata $Y6x.öqx. pada ayat tersebut merupakan tamyiz dari kata |³tã tnr& . Maksudnya, bintang merupakan penjelas dari kata bilangan yaitu sebelas.
]Apa yang menjadi paparan seputar tentang interpretasi gramatikal dalam makalah tersebut, merupakan bagian kecil darinya dan masih banyak lainnya.
C. PENUTUP
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kalam Allah itu berbahasa Arab. Salah satu fungsi Alquran adalah hudan (petunjuk) ke jalan lurus. Untuk dapat dijadikan sebagai petunjuk, maka ia harus dipahami kandungannya. Karena ia berbahasa Arab, maka umat Islam dituntut untuk mengetahui bahasa Arab dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya, misalnyaka ilmu nahwu seperti apa yang telah dijelaskan dalam makalah ini. Di antara sub pembahasan ilmu tersebut, antara lain: Maf’ul bih(Keterangan Objek), Maf’ul Muthlaq (Keterangan Pekerjaan),Maf’ul Muthlaq (Keterangan Pekerjaan), Zharf Zaman (keterangan Waktu), Zharf Makan (Keterangan Tempat), Al-Hal (Keterangan Keadaan), Al-Taukid (Keterangan Penguat), Al-Badl (Keterangan Pengganti), Al-Na’at (Keterangan Sifat), Al-Athf (Keterangan Tambahan), dan Al-Tamyiz (Keterangan Penjelasan).
Kaedah-kaedah tersebut sangat berpengaruh dan membantu dalam memahami kandungan Alquran khususnya dalam persoalan penafsiran Alquran.
DAFTAR PUSTAKA
Alquran dan Terjemahnya.
Al-Ahdal, Muhammad Bin Ahmad Bin Abd al-Bari. al-Kawakib al- Durriyyah: Syarh Mutmmimah al-Ajrumiyyah Juz II. Indonesia : Dar al-Ihya’ al-Kutub al-,Arabiyyah, t. th.
Al-Ghalayaini Mushthafa, Jami’ al-Durus al-Arabiyyah Juz III. Cet. XXIX; Beirut : al-Maktabah al-‘Ashriyyah, 1994 M/1415 H.
Muhammad, Muhammad Abdurrahman. al-Tafsir al-Nabawi: Khashaishuh wa Mashadiruh, diterjemahkan oleh Rosihan Anwar dengan judul Penafsiran Alquran Perspektif Nabi Muhammad saw. Cet. I; Bandung : Pustaka Setia, 1999 M/1420 H.
Salim, Abd. Muin. Metodologi Tafsir: Sebuah Rekonstruksi Epistemologi; Memantapkan Keberadaan Ilmu Tafsir sebagai Disiplin Ilmu, Orasi Pengukuhan Guru Besar di Hadapan Rapat Senat Luar Biasa IAIN(sekarang UIN) Alauddin Ujung Pandang (sekarang Makassar ), pada tanggal 28 April 1999.
Tim Penyusun Kamus Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Cet. III; Jakarta : Balai Pustaka, 1990.
[1] Penjelasan tersebut dapat dilihat pada catatan kaki Alquran dan Terjemahnya yang dicetak oleh Mujamma’ al-Malik al-Fahd li al-Thiba,at al-Mushhaf al-Syarif, medinah al-Munawwarah Kerajaan Saudi Arabia , h. 375.
[2] Muhammad Abdurrahman Muhammad, al-Tafsir al-Nabawi: Khashaishuh wa Mashadiruh, diterjemahkan oleh Rosihan Anwar dengan judul Penafsiran Alquran Perspektif Nabi Muhammad saw. (Cet. I; Bandung : Pustaka Setia, 1999 M/1420 H), h. 120.
[3] Tim Penyusun Kamus Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua (Cet. III; Jakarta: Balai Pustaka, 1990), 336.
[4] Ibid., h. 283.
[5] Abd. Muin Salim, Metodologi Tafsir: Sebuah Rekonstruksi Epistemologi; Memantapkan Keberadaan Ilmu Tafsir sebagai Disiplin Ilmu, Orasi Pengukuhan Guru Besar di Hadapan Rapat Senat Luar Biasa IAIN(sekarang UIN) Alauddin Ujung Pandang (sekarang Makassar ), pada tanggal 28 April 1999. h. 34.
[6]Mushthafa al-Ghalayaini, Jami’ al-Durus al-Arabiyyah Juz III (Cet. XXIX; Beirut: al-Maktabah al-‘Ashriyyah, 1994 M/1415 H), h. 5. Lihat juga Muhammad Bin Ahmad Bin Abd al-Bari al-Ahdal, al-Kawakib al-Durriyyah: Syarh Mutmmimah al-Ajrumiyyah Juz II (Indonesia : Dar al-Ihya’ al-Kutub al-,Arabiyyah, t. th), h. 3.
[7] Ibid., h. 11. Lihat juga Mushthafa al-Ghalayaini, Op. Cit., h. 32.
[8] Muhammad Bin Ahmad…, Op. Cit., h. 18. Lihat juga Mushthafa Ghalayaini, Op. Cit., h. 43.
[9] Muhammad Bin Ahmad …, Op. Cit., h. 14.
[10] Ibid., h. 16.
[11] Ibid., h. 23. Lihat juga Mushthafa Ghalayaini, Op. Cit., h. 78.
[12] Muhammad Bin Ahmad.., Op. Cit., h. 99. Lihat juga Mushthafa Ghalayaini, Op. Cit., h. 232.
[13] Ibid., h. 235. Lihat juga Muhammad Bin Ahmad.., Op. Cit., h. 105.
[14] Ibid., h. 81. Lihat juga Mushthafa Ghalayaini, Op. Cit., h.
[16] Ibid., h. 113. Lihat juga Muhammad Bin Ahmad.., Op. Cit., h. 28.
0 komentar
Posting Komentar