BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Sejarah Nabi Muhammad perlu diketahui oleh setiap penganut Islam.Lagi-lagi sebuah sejarah dilupakan, seakan-akan mereka tidak pernah tahu atau mungkin tidak mau tahu, ini adalah sejarah yang tak boleh dilupakan, karena inilah sebab awal penciptaan dan akhir penciptaan, ia bermula 14 abad yang lalu di sebuah kota kecil, sebuah kota yang panas dan tandus yang dipenuhi dengan penyembahan terhadap kayu-kayu dan batu-batu yang tak dapat berbuat apa-apa dan juga disana terdapat sebuah kotak hitam yang dikelilingi oleh berhala-berhala. Sungguh tak terpikirkan betapa bodoh manusia zaman itu, ialah sebuah jazirah yang disebut jazirah Arabia, perbuatan buruk dan haram, perampokan, pembunuhan bayi, minum-minuman keras, yang memusnahkan segala kebajikan dan moral menempatkan masyarakat jazirah Arabia ini dalam situasi kemerosotan yang luar biasa. Mereka terpecah-pecah menjadi kabilah-kabilah (bani/kaum).
Pada saat yang sangat kritis ini muncullah sebuah bintang pada malam yang gelap gulita, sinarnya semakin terang membuat malam menjadi terang benderang, ia bukan bintang yang biasa, tapi bintang yang sangat luar biasa, bahkan matahari di siang haripun malu menampakkan sinarnya karena bintang ini adalah maha bintang yang terlahirkan ke muka bumi, ialah cahaya dalam kegelapan, ia adalah cahaya di dalam dada, ia dikenal dengan Nama Muhammad
Sebagai seorang muslim hendaknya kita mesti mengetahui sejarah Nabi Muhammad SAW baik ketika beliau dalam berdakwah sampai hijrah ke madinah dan diangkat sebagai Rasul. Oleh karena itu kami mencoba untuk mengingatkan kembali akan sejarah dan perjalanan nabi untuk selalu kita contoh dan kita teladani dalam kehidupan sehari-hari. Telah kita ketahui bersama bahwa umat Islam pada saat sekarang ini lebih banyak mengenal figure-figur yang sebenarnya tidak pantas untuk di contoh dan ironisnya mereka sama sekali buta akan sejarah kehidupan Rasulullah SAW. Oleh karena itu kami mencoba untuk membuka, memaparkan tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW, dan mudah-mudahan dengan adanya makalah ini menambah rasa kecintaan kita pada Nabi Muhammad SAW
B. Rumusan dan Batasan Masalah
Dalam rumusan masalah ini akan dijelaskan beberapa hal sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Kondisi Bangsa Arab Pra-Islam?
2. Bagaimana Riwayat Hidup Nabi Muhammad Saw.?
3. Factor-faktor apa yang menyebabkan dakwah Rasulullah Saw ditolak di Mekkah?
4. Faktor-faktor apa yang menyebabkan Dakwah Rasulullah Saw diterima di Madina.?
5. Faktor-faktor apa yang menyebabkan Keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam Dakwahnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arab Sebelum Islam
Ketika Nabi Muhammad Saw. Lahir (570) masehi, makkah adalah sebuah kota yang sangat penting dan terkenal diantara kota-kota di Negri Arab, baik karena tradisinya maupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai, menghubunkan Yaman diselatan dan Syria di utara. Dengan adanya kabbah ditengah kota, mekkah menjadi pusat keagamaan arab. Ka’bah adalah tempat mereka bersiarah. Di dalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala utama, Hubal. Makkah kelihatan makmur dan kuat. Agama dan masyarakat arabnya pada saat itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat Jazirah arab dengan luas satu juta mil persegi.
Bila dilihat dari asal usul keturunan, penduduk jazirah Arab dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu Qathaniyun ( keturunan Qathan) dan Adnaniyun (keturunan Ismail bin Ibrahim). Pada mulanya wilayah utara diduki oleh golongan Adnaniyun, dan wilayah selatan didiami golongan Qathaniyun. Akan tetapi, lama kelamaan kedua golongan itu membaur karena perpindahan-perpindahan dari utara keselatan atau sebaliknya.
Masyarakat, baik nomadic maupun yang menetap, hidup dalam budaya kesukuan badui. Organisasi dan identitas social berakar pada keanggotan dalam suatu rentang komonitas yang luas. Kelompok beberpa keluarga membentuk kabilah. Beberpa kelompok kabilah membentuk suku. Dan dipimpin oleh seorang Syaikh. Mereka sangat menekankan hubungan kesukuan, sehingga kesetian atau solidaritas kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah atau suku. Mereka suka berperang. Karena itu, peperangan antar suku sering terjadi. Sikap ini tampaknya telah menjadi tabiat yang mendarah daging dalam diri orang Arab. Dalam masyarakat yang suka berperang tersebut, nilai wanita menjadi sangat rendah. Situasi seperti ini terus berlangsung sampai agama Islam Lahir. Dunia Arab ketika itu merupakan kanca peperangan terus menerus. Pada sisi yang lain, meskipun masyarakat Badui mempunya pemimpin, namun mereka hanya tunduk kepada syaikh atau Amir (ketua kabilah) itu dalam hal berkaitan dengan peperangan, pembagian harta rampasan dan pertempuran tertentu. Diluar itu, syaikh atau amir tidak kuasa mengatur anggota kabilahnya.[1]
penduduk jazirah Arab dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu Qathaniyun ( keturunan Qathan) dan Adnaniyun (keturunan Ismail bin Ibrahim). Pada mulanya wilayah utara diduki oleh golongan Adnaniyun, dan wilayah selatan didiami golongan Qathaniyun
B. Riwayat Hidup Nabi Muhammad Saw.
Nabi Muhammad Saw lahir tanggal 12 Rabi’ul Awal 570 Masehi[2] dan wafat 12 Rabi’ul Awal 11 H atau 8 Juni 632 Masehi.[3] Muhammad, Rasulullah. Adalah nama Nabi Agama Islam. Nama ini berarti: orang yang dipuji, atau orang yang diagungkan, sedang nama lainnya yakni Ahmad merupakan bentuk superlative yang berarti: Orang yang paling terpuji, kedua nama tersebut berasal dari kata bamada (“memuji”, “mengagungkan”). Menurut keterangan riwayat, Muhammad dilahirkan pada tahun 570M, tahun ini dikenal sebagai tahun Gajah, yakni ketika makkah sedang terserang oleh kekuatan militer Abrahah, seorang Raja Abissyniah yang berkuasa diyaman.[4]
1. Sebelum Masa Kerasulan
Nabi Muhammad SAW adalah anggota Bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam suku Quraisy. Kabilah ini memegang jabatan siqayah. Nabi Muhammad lahir dari keluarga terhormat yang relative miskin. Ayahnya bernama Abdullah anak Abdul Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhya. Ibunya adalah Aminah binti Wahab dari bani Zuhra. Tahun kelahiran Nabi dikenal dengan tahun Gajah.
Muhammad lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya Abdullah, meninggal dunia tiga bulan setelah pernikahannya dengan Aminah. Muhammad kemudian diserahkan kepada ibu pengasuh, halimatu Sa’diyyah. Dalam asuhannyalah Muhammad dibesarkan sampai usia empat tahaun. Setelah itu, kurang lebih dua tahun dia berada dalam asuahan ibu kandungnya. Ketika berusia enam tahun, dia menjadi yatim piatu. Seakan-akan Allah ingin melaksanakan sendiri pendidikan Muhammad, Oranag yang dipersiapkan untuk membawa risalah-Nya yang terakhir.
Setelah aminah meninggal, Abdul Muthalib mengambil alih tanggung jawab merawat Muhammad. Namun, dua tahun kemudian Abdul Muthalib meninggal karena renta. Tanggung jawab selanjutnya beralih kepamannya, Abu Thalib. Seperti juga Abdul Muthalib, dia juga disegani dan dihormati Orang Quraisy dan penduduk makkah secara keseluruhan, tetapi dia miskin.
Dalam usia muda Muhammad hidup sebagai penggembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Makkah. Melalui kegiatan penggembalaan ini Beliau menemukan tempat untuk berpikir dan merenung. Dalam suasana demikian, dia ingin melihat sesuatu di balik semuanya. Pemikiran dan perenungan ini membuatnya jauh dari segala pemikiran nafsu duniawi, sehingga ia terhindar dari berbagai macam noda yang dapat merusak namanya, karena itu sejak muda ia sudah mendapat gelar al-amin, artinya orang yang terpercaya.
Nabi Muhammad Ikut untuk pertama kali dalam kafilah dagang ke Syria (syam) dalam usia baru 12 tahun. Kafilah itu dipimpin oleh Abu Thalib. Dalam perjalan ini , dibusrah, sebelah selatan Syria, ia bertemu dengan Pendeta Kristen Bernama Buhaira. Pendeta ini melihat tanda-tanda kenabian pada Muhammad sesuai dengan petunjuk cerita-cerita Kristen.
Pada usia yang ke 25 tahun, Muhammad berangkat ke Syiria membawa barang dagangan saudagar wanita kaya raya yang telah menjanda yang bernama Khadijah. Dalam perdagangan ini Muhammad memperoleh keuntungan yang amat besar. Khadijah kemudian melamarnya. Lamaran itu diterimanya dan perkawinan pun segera diselenggarakan. Ketika itu usia Muhammad 25 tahun dan khadijah 40 tahun. Dalam perkembangan selanjutnya, Khadijah adalah wanita pertama yang masuk Islam dan banyak membantu Nabi dalam perjuangan menyebarkan Islam. Perkawinan bahagia dan saling mencintai itu dikaruniai enam orang anak dua putra dan empat putri. Kedua putranya meninggal diwaktu kecil. Nabi Muhammad tidak tidak kawin lagi sampai khadijah meninggal ketika Muhammad berusia 50 tahun.
Peristiwa penting yang memperlihatkan kebijaksanaan Muhammad terjadi pada usianya 35 tahun. Ketika itu bangunan ka’bah rusak berat, pada saat mau meletakkan hajar as semulawad pada tempat semula timbulah perselisihan. Perselisihan semakin memuncak, namun akhirnya para pemimpin Quraisy sepakat bahwa orang yang pertama masuk ke Ka’bah melalui pintu Shafa, akan dijadikan hakim untuk memutuskan perkara ini. Ternyata, orang yang pertama masuk itu adalah Muhammad. Ia pun dipercaya menjadi hakim. Ia lantas membentangkan kain dan meletakkan hajar aswad di tengah-tengah, lalu meminta seluruh kepala suku memegang tepi kain dan mengangkatnya bersama-sama. Setelah sampai pada ketinggian tertentu, Muhammad kemudian meletakkan batu itu pada tempatnya semula. Dengan demikian, perselisihan dapat diselesaikan dengan bijaksana, semua kepala suku merasa puas dengan cara penyelesaian seperti itu.[5]
Nabi Muhammad saw merupakan Nabi dan Rasul yang diutus kepada manusia untuk memberikan bimbingan kepada jalan yang lurus dengan perjuangan yang gigih. Beliau berhasil merubah kebiasaan umat manusia dari keburukan kepada jalan kebenaran untuk menyembah allah swt
b. Masa Kerasulan
Menjelang usianya yang keempat puluh, Muhammad sudah terlalu biasa memisahkan diri dari kegalauan masyarakat, berkontemplasi ke gua Hira, beberapa kilometer di uatara Makkah. Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, Malaikat Jibril muncul dihadapannya, menyampaikan wahyu Allah yang pertama QS 96: 1-5. Sebagai berikut:
Terjemahnya:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.[7]
Dengan turunnya wahyu pertma itu berarti Muhammad telah dipilih oleh Tuhan sebagai Nabi. Dalam wahyu pertama ini, dia belum diperintahkan untuk menyeruh manusia kepada suatu agama.
Setelah wahyu pertama itu dating, jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama, sementara itu Nabi Muhammad menantikannya dan selalu datang ke Gua Hira’. Dalam keadaan menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah kepadanya, yaitu QS Al-Muddatstsir’. 1-7 sebagai berikut:
Terjemahnya:
Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah!, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
Dengan turunnya perintah berdakwah, mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama-tama, beliau melakukannya secara diam-diam di lingkungan sendiri dan di kalangan rekan-rekannya. Karena itulah, orang yang pertama kali menerima dakwahnya adalah keluarga dan sahabat dekatnya.
Setelah beberapa lama dakwah tersebut dilaksanakan secara individual, turunlah perintah agar Nabi menjalankan dakwah secara terbuka. Mula-mula ia mengundang dan menyeru kerabat karibnya dari Bani Abdul Muthalib. Langkah dakwah seterusnya yang dilakukan Muhammad adalah menyeru masyarakat umum secara terang-terangan.[8]
Rasulullah Saw menyampaikan dakwahnya secara sembunyi-sembunyi dan terang terangan dikarenakan kondisi dan situasi pada waktu itu.
C. Factor-faktor dakwah Rasulullah Saw ditolak di mekkah
Setelah dakwah terang-terangan, pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah Rasulullah Muhammad Saw. Semakin bertambahnya jumlah pengikut Nabi, semakin keras tantangan dilancarkan kaum Quraisy.
Menurut Ahmad Syalabi, ada lima factor yang mendorong Orang Quraisy menentang Seruan Islam Itu. Yaitu sebagai berikut:
1. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib. Yang terakhir ini sangat mereka tidak inginkan.
2. Nabi Muhammad Saw menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya. Hal ini tidak disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy.
3. Para pemimping Quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan diakhirat.
4. Taklid kepada kebiasaan nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat berakar pada bangsa Arab.
5. Pemahat dan penjual patung memandang islam sebagai pengahalang rezeki.[9]
Kelima factor-faktor diatas sangat besar pengaruhnya terhadapa penolakan kaum Quraisy terhadap dakwah atau ajaran yang dibawah Nabi Muhammad Saw yaitu Islam. Dimana ajaran yang dibawahnya sangat bertentang dengan kepercayaan yang dianut oleh kaum Quraisy pada masa itu.
D. Faktor-faktor yang menyebabkan Dakwah Rasulullah Saw diterima di Madina.
Rencana-rencana jahat kafir Quraisy terhadap diri Nabi Muhammad dan kaum Muslimin diantaranya:
1. Fitnah tentang Nabi Muhammad dituduh juru penerang yang memecah belah masyarakat
2. Abu Jahal sangat memusuhi Nabi Muhammad sehingga dia ingin membunuhnya
3. Kaum Muslimin yang di Makkah dikucilkan oleh masyarakat Makkah selama tiga tahun.
Melihat kenyataan seperti itu akhirnya Nabi memandang bahwa kota Makkah tidak dapat dijadikan lagi pusat dakwah. Karena itu, Nabi pernah mengunjungi beberapa negeri seperti Thaif, untuk dijadikan sebagai tempat pusat dakwah, namun ternyata tidak bisa, karena penduduk Thaif juga memusuhi Nabi. Oleh karena itu, Nabi memilih kota Madinah (Yastrib) sebagai tempat hijrah kaum Muslimin, dikarenakan beberapa faktor antara lain :
1. Madinah adalah tempat yang paling dekat dengan Makkah
2. Sebelum jadi Nabi, Muhammad telah mempunyai hubungan yang baik dengan penduduk madinah karena kakek nabi, Abdul Mutholib, mempunyai istri orangMadinah
3. Penduduk Madinah sudah dikenal Nabi bahwa mereka memiiki sifat yanglemah lembut4.Nabi Muhammad SAW mempunyai kerabat di madinah yaitu bani Nadjar
4. Bagi diri Nabi sendiri, hijrah ke Madinah karena perintah Allah SWT.
Pada tahun ke-13 sesudah Nabi Muhammad diutus, 73 orang penduduk Madinah berkunjung ke Makkah untuk mengunjungi Nabi dan meminta beliau agar pindah ke Madinah. Dikarenakan,
ada beberapa faktor yang menyebabkan penduduk Madinah mudah menerima ajaran Islam diantaranya:
1. Bangsa arab Yastrtib lebih memahami agama-agama ketuhanan Karena mereka sering mendengar tentang Allah, wahyu, kubur, hisab, berbangkit, surga dan neraka.
2. Penduduk Yastrib memerlukan seorang pemimpin yang mampumempersatukan suku-suku yang saling bermusuhan.[10]
Selama dalam perjalanan ke Madinah beliau mengalami banyak gangguan selain diganggu oleh Suraqah yang mengejar beliau sekaligus pembunuh bayaran. Beliaupun sempat singgah ke Kubah dan mendirikan masjid yang dikenal dengan Masjid Kuba, dalam Al-Qur'an disebut dengan Masjid Taqwa. Masjid inilah yang pertama kali dibangun oleh Nabi Muhammad SAW. Setelah ada berita bahwa Nabi Muhammad dalam perjalanan menuju kota Madinah maka kaum Muslimin Madinah sudah menunggu kedatangan beliau dengan penuh kerinduan dan penghormatan. Pada hari Jum'at tahun pertama hijriah bertepatan dengan tanggal 2 Juli 622M, Nabi beserta rombongan Muhajirin lainnya disambut meriah oleh penduduk Madinah sambil melagukan sebuah syair yang terkenal. Pada hari jum'at itu pula Nabi untuk pertama kali mengadakan Shalat Jum'at bersama kaum Muhajirin dan Anshor. Setelah Nabi menetap di Madinah, barulah Nabi mulai mengatur semua untuk kebaikan dan kepentingan penduduk Madinah serta kepentingan umat Islam. Peristiwa hijrah nabi ke Madinah akhirnya dijadikan sebagai awal perhitungan tahun hijriah
E. Faktor Keberhasilan Dakwah Nabi Muhammad Saw.
Bila kita perhatikan dengan seksama, faktor-faktor objektif yang melatarbelakangi keberhasilan dakwah Rasulullah S.a.w. telah banyak dikemukakan oleh para pengamat sosial-keagamaan. Terdapat bukti historis yang cukup kuat untuk menyatakan bahwa tidak ada variabel yang sangat spesifik yang menjadi penyebab keberhasilan dakwah Rasulullah s.a.w.. Instrumen dan lingkungan sosialnya bahkan tidak cukup kondusif untuk melahirkan perubahan. Tetapi, bila kita cermati faktor subjektifnya, maka kita akan menemukan variabel pengikatnya yang cukup dapat diperhitungkan untuk menciptakan perubahan signifikan. Yang paling utama adalah kepribadian beliau sebagai da’i.
Potret kepribadian beliau dinyatakan oleh Allah sebagai “uswah hasanah” Menyangkut firman-Nya yang menyatakan bahwa beliau (Rasulullah s.aw.) merupakan uswah hasanah, dalam QS Al-Ahzab ayat 21. Sebagai berikut:
Terjemahnya
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.[12]
dalam hal ini dapat dipahami bahwa beliau menjadi qudwah shâlihah fî kulli al-umûr (teladan terbaik dalam semua aspek).
Diantara bentuk keprbadian dan Sifat Nabi Muhammad SAW sebagai orator adalah :
1. Tidak memisahkan antara ucapan dan perbuatan
Keoratoran rasulullah SAW baik sebagai pendakwah maupun sebagai pemimpin tidak pernah memisahkan antara apa yang beliau ucapankan dengan apa yang beliau perbuat. Artinya apa yang beliau sampaikan terlebih dahulu beliau kerjakan dan sebaliknya. Setiap yang dikatakan dan dikerjakan Nabi adalah dakwah. Jadi pidato Nabi berbeda sekali dengan pidato yang sekarang ini, perbedaan ini dapat dimaklumi karena pengaruh situasi, da kondisi serta keberadaan orang yang menyampaikan, apalagi jika dilihat dari isi dan tujuan pidato yang disampaikan.
Kepribadian yang pertama ini merupakan keharusan bagi Rasulullah SAW, tanpa hal tersebut keberhasilannya sebagai orator sekaligus pendakwah tidak terwujud. Bahkan Allah SWT telah mengancam orang-orang yang hanya pandai beretorika saja tetapi tidak mengamalkannya. Firman Allah dalam QS Asshafat ayat 2-3.
Terjemahnya
“Dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya (dari perbuatan-perbuatan maksiat), Dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran,”
Bila dikaitkan dengan unsur kepribadian maka ciri pertama ini merupakan bagian dari unsur kejiwaan (psikis) dan unsur tingkah laku (sosiologis).
2. Kebenaran isi penyampaiannya
Sebagai azas dasar kebenaran yang disampaikan Rasulullah SAW adalah firman Allah SWT dalam QS. An-Najmi ayat 2
Terjemahnya:
Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru.
Semenjak dari kecil Rasulullah SAW.terkenal dengan kejujurannya hingga beliau digelari Al-Amin (orang yang terpercaya) yang tak pernah yang tidak pernah berbohong meskipun dalam bentuk bergurau. Setelah beliau diangkat jadi Rasul, Abu Jahal sangat memusuhi beliau, ada pada suatu saat karena yakin dengan Rasulullah SAW bukan seorang pendusta, Ia berkata kepada Rasulllah SAW. “ sesungguhnya kami tidak mendustakan enkau, tetapi kami apa-apa yang engkau bawa.”
Kebenaran isi penyampaian beliau sebagai orator, merupakan suatu keharusan beliau karena ucapannya akan menjadi pegangan bagi umatnya dikemudian hari dengan kebenaran isi penyampaian beliau itu, telah menambah kharisma beliau sebagi pendakwah atau orator, yang selalu membuat orang terdiam mendengarkan apa yang beliau sampaikan.
3. Dakwah Dengan Kelembutan
Kebenaran yang pada asalnya susah untuk diterima oleh jiwa, ketika disampaikan dengan cara yang buruk, cara yang kasar, tentunya justru akan membuat orang semakin lari dari kebenaran. Oleh karena itulah, dakwah pada dasarnya harus disampaikan dengan cara lemah lembut.
Allah Ta’ala berfirman dalam QS. An-Nahl: 125 sebagai berikut:
Terjemahnya:
serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Lemah lembut di dalam berdakwah mempunyai banyak sekali faidah. Salah satu di antaranya adalah dapat menyadarkan orang-orang yang telah terjerumus dalam perbuatan dosa dan maksiat. (QS. Al-Fushshilat: 34).
4. Meninggalakan perbuatan dosa dan maksiat
‘wa al-rujza fahjur’ (almudtsir: 5). Dan hendaknya engkau meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat. Rasulallah berhasil dalam berdakwah dan berjuang, karena beliau mampu meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa. Kalau beliau melarang orang lain untuk berzina, maka beliau menjadi pelopor untuk meninggalkan perzinahan. Kalau beliau melarang larang lain untuk korupsi, maka beliau menjadi pelopor untuk meninggalkan korupsi. Kalau beliau melarang orang lain untuk berjudi, maka beliau menjadi pelopor untuk meninggalkan perjudian. Karena beliau konsekuen terhadap apa yang beliau ajarkan, maka beliau menjadi orang yang berhasil dalam dakwahnya.
5. Memiliki kesabaran dalam berdakwah
wa li rabbika fashbir’ (almudatsir: 7). Untuk berhasil dalam berjuang, hendaklah sabar dalam menghadapi berbagai kendala yang akan menghambat perjuangan umat Islam. Rasulallah berhasil dalam berjuang, tentu beliau menghadapi musuh-musuh Islam. Bahkan beliau dilempari batu oleh orang-orang tha’if, tetapi beliau sabar dan berdo’a, “ya Allah, tunjukkan kaumku, jangan Engkau siksa, karena mereka orang-orang yang tidak tahu.” Karena kebesaran hati Rasulallah, walaupun beliau disakiti dengan dilampari batu, tetapi beliau tetap bersabar. Bahkan, ketika beliau berhasil menaklukkan kota Makkah, orang-orang kafir Quraisy merasa ketakutan (jangan-jangan Muhammad akan dendam), tetapi Rasulallah mengatakan, ‘al yauma yaum al-marhamah’ (hari ini adalah hari perdamaian, tidak ada dendam di antara kita. Barang siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, mereka adalah orang yang aman. Kalian adalah orang-orang yang bebas).[15]
Dari beberapa sifat dan kepribadian Nabi tersebut, dapatlah kita simpulkan bahwa faktor subjektif yang menyangkut kepribadian beliaulah yang semestinya lebih dicermati. Karena, dalam banyak hal, persyaratan kepribadian inilah yang sering luput dari perhatian kita untuk pelaku dakwah. Sementara, kita lebih banyak mecermati hal-hal teknis dan manajerial yang hingga saat ini masih menjadi pusat perhatian dari lembaga-lembaga dakwah. Kalau kita perhatikan, Rasulullah Saw. berjuang dalam waktu 23 tahun. Setelah beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul pada umur 40 tahun, sampai beliau wafat pada umur 63 tahun, berarti beliau berjuang selama sekitar 23 tahun. Walaupun hanya sebentar, tapi beliau mampu merubah kehidupan masyarakat yang dulunya sangat jahiliyah.
Dalam perjuangan Rasulullah Saw, paling tidak ada tiga hal yang telah beliau rubah :
1. Dalam bidang aqidah (kepercayaan). Masyarakat Jahiliyah waktu itu menyakini adanya banyak tuhan, atau yang dikenal dengan musyrik (politeisme). Kemudian, berkat perjuangan Rasulullah Saw., mereka mentauhidkan Allah atau mengimani adanya Allah, Dzat Yang Maha Esa.
2. Dalam bidang hukum. Kalau waktu itu, mereka sama-sekali tidak mengenal hukum, yang kuat menindas yang lemah, maka berkat perjuangan Rasulullah Saw, mereka menjadi masyarakat yang taat dan patuh kepada hukum.
3. Dalam bidang akhlak atau moral. Masyarakat pada saat itu adalah masyarakat yang biadab, masyarakat yang sama-sekali tidak menghormati kaum dhu’afa, tetapi berkat perjuangan Rasulullah Saw, mereka menjadi orang-orang yang berakhlak. Dengan demikian, perubahan yang dilakukan oleh Rasulullah ini sangat signifikan dan sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia sampai saat ini. Bahkan, beliau juga berhasil mendirikan suatu negara Madinah yang kelak kemudian hari menjadi satu kekuatan politik yang luar biasa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Makkah adalah sebuah kota yang sangat penting dan terkenal diantara kota-kota di negri Arab, baik karena tradisinya maupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai, menghubunkan Yaman diselatan dan Syria di utara. Dengan adanya kabbah ditengah kota, mekkah menjadi pusat keagamaan arabNabi Muhammad Saw lahir tanggal 12 Rabi’ul Awal 570 Masehi dan wafat 12 Rabi’ul Awal 11 H atau 8 Juni 632 Masehi
Menurut Ahmad Syalabi, ada lima factor yang mendorong Orang Quraisy menentang Seruan Islam Itu. Yaitu sebagai berikut:1. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib. Yang terakhir ini sangat mereka tidak inginkan.
2. Nabi Muhammad Saw menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya. Hal ini tidak disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy.
3. Para pemimping Quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan diakhirat.
4. Taklid kepada kebiasaan nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat berakar pada bangsa Arab.
5. Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai pengahalang rezeki
ada beberapa faktor yang menyebabkan penduduk Madinah mudah menerima ajaran Islam diantaranya:
1. Bangsa arab Yastrtib lebih memahami agama-agama ketuhanan Karena mereka sering mendengar tentang Allah, wahyu, kubur, hisab, berbangkit, surga dan neraka.
2. Penduduk Yastrib memerlukan seorang pemimpin yang mampu mempersatukan suku-suku yang saling bermusuhan
faktor keberhasilan Rasulullah Saw dalam menyampaikan dakwahnya adalah factor subjektifnya. Diantaranya:
1. Tidak memisahkan antara ucapan dan perbuatan
2. Kebenaran isi penyampaiannya
3. Dakwah Dengan Kelembutan
4. Meninggalakan perbuatan dosa dan maksiat
5. Memiliki kesabaran dalam berdakwah
DAFTAR PUSTAKA
Al-Kur,anul Karim
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islan Dirasa Islamiyah II, Cet. XIX, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007.
Departemen Agama RI, Al- Qur’an Tajwid Dan Terjemahnya, (Jakarta: PT.Syamil Cipta Media, 2006
Glasse, Cyril, penerjemah, Ghufron A. Mas, adi, Ensiklopedia Islam, Cet I, Jakarta: PT RajaGrafindo, 1996
http://www.scribd.com/doc/88845495/Dawah-Rasulullah-Periode-Madinah-Ukkie diakses pada hari Jum’at Desamber 2012.
Muhammad Husain Haekal, sejarah hidup Muhammad, Cet, XXXVIII, Jakarta: PT Mitra Kerjaya Indonesia, 2009
Syalabi , A., Sejarah dan Kebudayaan Islam, Cet I, Jakarata: Pustaka Al-Husna, 1983.
[1]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islan Dirasa Islamiyah II, Cet. XIX, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 9-11.
[2]Lihat Muhammad Husain Haekal, sejarah hidup Muhammad, Cet, XXXVIII, (Jakarta: PT Mitra Kerjaya Indonesia, 2009), h. 49.
[3]Ibid. 583.
[4]Lihat, Cyril Glasse, penerjemah, Ghufron A. Mas, adi, Ensiklopedia Islam, Cet I, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 1996), h. 274-275.
[5]Lihat, Badri Yatim, Op. Cit. h.16-18
[6]Lihat , Al-Kur,anul Karim
[7]Lihat, Departemen Agama RI, Al- Qur’an Tajwid Dan Terjemahnya, (Jakarta: PT.Syamil Cipta Media, 2006).
[9]Lihat, A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Cet I, (Jakarata: Pustaka Al-Husna, 1983. H. 87-90)
[10]http://www.scribd.com/doc/88845495/Dawah-Rasulullah-Periode-Madinah-Ukkie diakses pada hari Jum’at Desamber 2012.
[11]Lihat , Al-Kur,anul Karim
[12]Lihat, Departemen Agama RI, Op Cit
[13]Lihat, Al-Qur’anul Karim.
[14]Ibid.
[15] Http://Blog.Umy.Ac.Id/Muhakbargowa/2012/09/21/Komparasi-Keberhasilan-Dakwah-Nabi-Dengan-Kemunduran-Dakwah-Sekarang/Diakses Pada Tanggal 28 November 2012.
0 komentar
Posting Komentar