A. Metode Pembiasaan
Pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.
Menurut Quraisy Syihab pembiasaan tersebut menyangkut segi-segi pasif (meninggalkan sesuatu) ataupun aktif (melaksanakan sesuatu). Dalam Alquran segi pasif hanya
dalam hal yang erat hubungannya dengan kondisi sosial dan ekonomi. Misalnya larangan minuman keras, zina, riba dan lain-lain, yang kesemuanya disampaikan secara bertahap atau berangsur-angsur, biasanya dimulai dengan nasehat, kemudian ancaman dan disusul dengan penetapan sanksi. Sedangkan pembiasaan dari segi aktif (melaksanakan sesuatu), Alquran melarang secara pasti dan tanpa melalui tahapan yang berangsur-angsur.
Metode pembiasaan menyangkut segi pasif, tentang zina dimulai dengan tahap nasehat sesuai firman Allah dalam surat Al-Isra’ ayat 32 yaitu:
Artinya: "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk".
Kemudian dilanjutkan dengan ancaman dalam surat An-Nisa ayat 15 yaitu:
Artinya: "Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji, hendaklah ada empat orang saksi diantara kamu (yang menyaksikannya). Kemudian apabila mereka telah memberikan persaksian, maka kurungjlah mereka (wanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan yang lain padanya".
Tahap selanjutnya adalah penetapan sanksi yakni surat An-Nur ayat 2 yaitu:
Artinya: "Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya 100 kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, dan jika kamu beriman kepada Allah dan akhirat dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman".
Contoh metode pembiasaan dalam pengajaran pendais adalah pembiasaan shalat yang benar.
B. Metode Keteladanan
Metode keteladanan adalah suatu cara mendidik/mengajar yang dilakukan oleh guru dengan mencerminkan sikap yang dapat diteladani atau dicontoh oleh murid. Jadi apa yang disampaikan hendaklah terlebih dahulu dilakukan oleh guru dengan demikian murid lebih mudah menerima dan akhirnya akan diikuti oleh murid karena adanya kesesuaian antara yang disampaikan dan apa yang dilakukan oleh gurunya.
Landasan teori metode keteladanan tersebut terdapat dalam surat:
- Al Mumtahana ayat 4
Artinya: "Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia......".
Al-Ahzab ayat 21:
rtinya: "Dan sesungguhnya pada diri Rasulullah itu ada tauladan yang baik bagi orang yang mengharapkan (bertemu dengan) Allah dan hari kemudian dan yang mengingat Allahsebanyak-banyaknya".
C. Metode Pemberian Ganjaran
Ganjaran dalam bahasa arab diistilahkan dengan “Tsawab” yang berarti upah, balasan dan pahala. Berdasarkan hasil penelitian dalam Al-Quran oleh Armai Arief menurutnya kata ”Tsawab” selalu diterjemahkan kepada balasan yang baik. Sebagaimana dapat dilihat dalam firman Allah:
Surat Ali Imran ayat 145:
Artinya: "Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki dunia niscaya kami berikan kepadanya, dan barang siapa yang menghendaki pahala akhirat maka kami berikan pula kepadanya pahala akhirat".
Surat Ali Imran ayat 148:
Artinya: "Maka Allah SWT. berikan ganjaran kepada mereka di dunia dan di akhirat dengan ganjaran yang baik, dan Allah SWT. cinta kepada orang-orangyang berbuat baik".
Jadi yang dimaksud dengan “Tsawab” dalam kaitannya dengan pendidikan Islam adalah pemberian ganjaran baik terhadap prilaku baik dari anak didik.
D. Metode Pemberian Hukuman
Dalam bahasa arab “hukuman” diistilahkan dengan”Iqab” yang artinya balasan. Hal itu terulang 20 kali dalam Al-Quran dan mayoritas didahului oleh kata (yang paling, amat, dan sangat) dan kesemuanya menunjukkan arti keburukan dan azab yang menyedihkan. Seperti firman Allah dalam surat Al-Imran ayat 11 yaitu:
Artinya: "(keadaan mereka) adalah sebagai keadaan kaum Firaun dan orang-orang yang sebelumnya, mereka mendustakan ayat-ayat kami, karena itu Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan Allah sangat keras siksa-Nya".
Surat Al-Anfal ayat 13 yaitu:
Artinya: "(ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnyamereka menentang Allah dan Rasul-Nya; dan barang siapa yang menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Allah amat keras siksaan-Nya".
Jadi Iqab dalam pelaksanaan pengajaran pendidikan agama islam yaitu pemberian hukuman berupa memukul, menampar dll yang tujuannya untuk menyadarkan peserta didik dari kesalahan-kesalahan yang ia lakukan. Metode pemberian hukuman ini pun jalan terakhir dan harus dilakukan secara terbatas dan tidak menyakiti anak didik. Dalam hadits Nabi juga ditemukan dalilnya yakni:
مرواولادكم بالصلاة وهم ابناء سبع سنين واضربوهم وهم ابناء عشر سنين وفرقوا فى المضا جع
Artinya: "Suruhlah anak-anakmu untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullahbila ia membangkan (meninggalkan shalat) jika mereka telah berusia 10 tahun serta pisahkan tempat tidurnya". (HR. Abu Daud)
E. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah menyampikan sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepala siswa atau halayak ramai. Landasan teori metode ceramah ini dapat ditemukan dalam hadits Nabi yaitu:
بلغوا عني ولو اية
Artinya: "Sampaikanlah olehmu walaupun itu satu ayat".
الا احد ثكميما حدثني الله في كتابه ان الله خلق ادم وبنيه حنفاء مسلمين
Artinya: "Bukankah aku telah menceritakan kepadamu pada sesuatu yang Allah menceritakan kepadamu dalam kitab-kitab-Nya bahwa Allah menciptakan Adam dan anak cucunya berpotensi menjadi orang-orang Islam".
Surat Yusuf 2-3:
Artinya: "Sesungguhnya kami temukan Al-Quran ini dengan berbahsa arab, agar kamu mengerti maksudnya. Kami riwayatkan (ceritakan) kepadamu sebaik-baikcerita dengan perantaraanAl-Quran yang kami wahyukan kepadamu ini, padahal sesungguhnya engkau dahulu tidak mengetahuinya (orang lalai)".
Ayat diatas menerangkan, bahwa Tuhan menurunkan Al-Quran dengan memakai bahasa arab dan menyampaikan kepada nabi Muhammad SAW. Dengan jalan cerita dan ceramah.
F. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya Jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada murid atau dapat juga dari murid kepada guru. Firman Allah yang berkaitan dengan metode ini adalah surat An-Nahl ayat 43:
Artinya: "...Bertanyalah kalian pada ahlinya jika kalian tidak mengetahui".
Kemudian dalam hadits juga dijumpai:
من سئل عن علم فكتمه الجمه الله بلجام من النار
Artinya: "Barang siapa ditanya tentang ilmu, lalu ia menyembunyikannya, maka Allah akan mengekangnya dengan kekangan dari api neraka". (HR. Al-Thabrani)
G. Metode Diskusi
Secara umum diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua individu atau lebih, berintergrasi secara verbal dan saling berhadapan, saling tukar informasi, saling mempertahankan pendapat dan memecahkan sebuah masalah tertentu. Jadi metode diskusi adalah cara yang dapat dipakai oleh seorang guru dikelas dengan tujuan dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat para siswa.
Ali Imran 159:
Artinya: "….Dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila kamu membulatkan tekad, maka bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa kepadanya".
An-nahl ayat 12
Artinya: "Serulah manusia kepada jalan Tuhan dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik".
Artinya: "Dan janganlah kamu berdebat denagan ahli kitab, mainkanlah dengan cara yang baik, kecuali dengan orang-orang yang zalim diantara mereka, dan katakanlah kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu. Tuhan kani dan Tuhan kamu, dan hanya kepada-Nya kami berserah diri".
Kedua ayat diatas menggambar cara/metode berdiskusi yang baik. Adapun tujuan metode ini adalah merangsang murid untuk berpikir sistematis, kritis, dan bersikap demokratis dalam menyumbangkan pikiran-pikiran untuk memecahkan masalah.
H. Metode Kisah/Cerita
Metode kisah mengandung arti suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran dengan menurunkan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya suatu hal yang baik yang sebenarnya ataupun hanya diam saja.
Metode kisah ini diisyaratkan dalam Al-Quran yaitu dalam surat Yusuf ayat 3 dan 111:
Artinya: "Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Quran ini kepadamu. Dan sesungguhnya kamu sebelum (aku mewahyukan) adalah termasuk orang yang lalai".
Yusuf ayat 111:
Artinya: "Sesungguhnya didalam kisah-kisahmereka dapat ibarat bagi orang-orang yang berakal".
Al-Maidah ayat 27
Artinya: "Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kiasah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka kurban salah satu diantara mereka (Habil) diterima dan dari yang lain (kabil) tidak diterima. Kabil berkata sesungguhnya aku pasti membunuhmu, dia (Habil) berkata sesungguhnya Allah hanya menerima amal dari orang yang bertakwa".
Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa metode kisah memang diisyaratkan, kisah nabi Yusuf misalnya dapat memberikan betapa mulianya orang-orang yang istiqamah dengan kebenaran yang diimaninya walaupun dirayu oleh Siti Julaiha dengan getaran syahwatnya, dan masih banyak lagi kisah-kisah lainnya.
I. Metode Perumpamaan
Metode perumpamaan adalah suatu cara penyajian bahan pembelajaran kepada murid dengan menggunakan perumpamaan agar murid lebih mudah memahaminya. Metode ini diisyaratkan dalam Al-Quran surat Al-Ankabut ayat 43:
Artinya: "Dan perumpamaan-perumpamaan ini kami buatkan untuk manusia, dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu".
Surat Al-A’raf ayat 177:
Artinya: "Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim".
Surat Ar-Rad :17
Artinya: "......Demikianlah Allah membuat perumpamaan tentang yang benar dan yang batil. Adapun buiah akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada gunanya tetapi yang bermanfaat bagi manusia akan tetap ada di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan".
Dalam pengajaran metode perumpamaan ini digunakan juga untuk mempertegas maksud atau menerangkan maksud yang akan disampaikan.
J. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah cara menyajikan bahan pelajaran dimana guru memberikan sejumlah tugas terhadap murid-muridnya untuk mempelajari sesuatu, kemudian mereka disuruhuntuk mempertanggungjawabkannya. Tugas yang diberikan bisa berbentuk memperbaiki, memperdalam, mengecek, mencari informasi, atau menghafal pelajaran akhirnya membuat kesimpulan tertentu. Metode ini dapat dipahami dari surat Az -Zariat ayat 56:
Artinya: "Dan aku tidaklah menciptakan manusia dan jin melainkan supaya mereka menyembahku".
Surat Al-Baqarah ayat 30:
Artinya: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat, sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi ini…".
K. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah suatu metode mengajar yang melibatkan murid untuk melakukan percobaan-percobaan pada mata pelajaran. Dalam Al-Quran tidak digambarkan secara jelas metode ini, tetapi salah satu tahapan dari eksperimen yaitu penelitian (penginderaan) diisyaratkan seperti halnya ketika Ibrahim mencari Tuhan, meneliti dengan panca indera kemudian diakhir pencariannya menemukan kesimpulan.
Dalil tersebut ditemukan pada surat Al An’am ayat 78-79:
Artinya: "Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata "inilah Tuhanku, ini yang lebih besar", maka tatkala matahari itu telah terbenam dia berkata "hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan"(78) Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung pada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan (79)".
Sedangkan dalam pendidikan agama Islam, metode eksperimen ini ada korelasinya dengan bidang studi misalnya fiqh. Contoh ketika ingin membuktikan bahwa air tersebut termasuk air suci, air najis atau air tidak mensucikan. Masalah ini harus dibuktikan melalui penelitian ilmiah agar dapat menarik kesimpulan.
L. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu.
Isyarat tentang metode ini dapat dilihat dari hadits nabi:
صلوا كما رايتموني اصلى
Artinya: "Shalatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat".
Dari hadits diatas dapat dipahami bahwa dalam metode demonstrasi, guru terlebih dahulu melakukan kemudian diikuti oleh murid. Metode demonstrasi dapat digunakan dalam menyampaikan bahan pelajaran fiqh misalnya cara wudhu yang benar, shalat dan lain-lain.
M. Metode Sosiodrama dan Simulasi
Metode sosiodrama adalah suatu cara mengajar dimana guru memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan, memainkan peran tertentu seperti yang terdapat dalam masyarakat (sosial). Sedangkan metode simulasi penekanannya pada kemampuan siswa untuk bermitasi sesuai dengan objek yang diperankan. Metode ini tujuannya untuk mendapatkan kecakapan bersikap dan bertindak sesuai dengan situasi sebenarnya.
Prinsip dasar metode ini terdapat pada surat Al-Maidah ayat 27 dan 31 tetapi salah satu ayat tersebut mewakili kisah Habil dan Qabil yang menyimpulkan seluruh kisah yakni ayat 31:
Artinya: "Kemudian Allah menyuruh seekor burng gagak menggali-gali di bumi untuk di perlihatkan padanya (Qabil) bagaimana ia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: "aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini" karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal".
Kisah antara Habil dan Qabil diatas dapat diperankan oleh siswa melalui sosiodrama dan simulasi. Dengan demikian siswa lebih dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain, membagi tanggungjawab, mengambil keputusan dan merangsang kelas untuk berfikir dan memecahkan masalah.
0 komentar
Posting Komentar