Senin, 12 September 2016

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


Pernyataan Allah ini mengindikasikan kepada semua elemen masyarakat untuk mengikuti petunjuk-Nya, dan penulis menganggap sebagai bentuk kritikan terhadap pemikiran yang cenderung lebih
bersemangat primordialisme, karenanya, Pernyataan tadi selalu dianggap sebagai gagasan yang menghargai semangat pluralisme dalam segala hal terkhusus di dalam bidang pendidikan.  Pendidikan mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan diakui sebagai kekuatan yang dapat membantu manusia mencapai kemegahan dan kemajuan peradaban. Selain itu pendidikan memberikan bekal kepada manusia untuk menyongsong hari esok yang lebih cerah dan lebih manusiawi.[2]
            Persoalan manajemen pendidikan memang masalah yang sangat penting dan actual sepanjang masa, Dari Barat, Manuel Mendonca dan Kanungo (1996), guru besar ilmu manajemen, setelah menyesali ulah dan sikap para manajer dan calon manajer, murid-muritnya di Montreal yang kurang menghargai nilai-nilai yang sepatutnya dimiliki oleh seorang pimpinan atau manajer.[3] karena hanya dengan manajemen pendidikan manusia akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam kapabelitas mengelolah alam yang dikaruniakan Allah kepada kita. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa pendidikan sangat besar konstribusinya, baik dalam pembinaan, pensejahteraan dan bahkan membawa kemajuan suatu umat. Oleh karena itu, untuk mengukur kemajuan suatu umat atau bangsa dapat dilihat seberapa jauh tingkat pendidikannya. Hal ini terbukti dalam perjalanan sejarah dalam periode klasik yang dikenal sebagai periode kemajuan umat Islam. Dalam periode ini di tandai dengan munculnya cendekiawan muslim dari berbagai disiplin ilmu.[4]
            Sehubungan dengan prolog di atas maka dalam makalah ini penulis akan berusaha memasuki lorong-lorong pembahasan minimal bisa menemukan stapak tentang bagaimana pengertian manajemen pendidikan Islam dan peranan manajemen dalam lembaga pendidikan Islam
II. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam        
Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesi. Luther  Gulick memandang manajemen sebagai ilmu karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama.[6]  Sedangkan menurut Folet melihatnya sebagai kiat karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan tugas.[7]Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian  khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para profesional dituntut oleh suatu kode etik.
            Meskipun cenderung mengarah pada suatu fokus tertentu, para ahli masih berbeda pandangan dalam mendefenisikan manajemen dan karenanya belum dapat diterima secara universal. Namun demikian terdapat konsensus bahwa manajemen menyangkut derajat keterampilan tertentu. Untuk memahami istilah manajemen, pendekatan yang digunakan di sini adalah berdasarkan pengalaman manajer. Meskipun pendekatan ini mempunyai keterbatasan, namun hingga kini belum ada perbaikan. Manajemen di sini dilihat sebagai suatu sistem yang setiap komponenya menampilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan. Manajemen merupakan suatu proses sedangkan manajer dikaitkan dengan aspek organisasi (orang – struktur – tugas - tekhnologi) dan bagaimana mengaitkan aspek yang satu dengan yang lain, serta bagaimana mengaturnya sehingga tercapai tujuan system.
            Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer/pimpinan, yaitu:
  1. Perencanaan (Planning)
  2. Pengorganisasian (Organizing)
  3. Pimpinan (leading)
  4. Pengawasan (Controling)[8]
Manajemen sering diartikan sebagai proses perencanaan, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
Pemikiran tentang manajemen bermula pada tahun 5.000 SM  di Mesir. Pada masa itu orang memakai catatan tertulis untuk perdagangan dan pemerintahan. Pada 3.00 SM –3.00 M masyarakat Roma memanfaatkan komunikasi efektif dan pengendalian terpusat untuk efektifitas dan efesiensi. Tahun 1500 M Machiaveli membuat pedoman pemanfaatan kekuasaan. Tahun 1776 M Adam Smith menyatakan bahwa pembagian kerja titik kunci badan usaha.[9]Kemudian 1841-1925 Henry Fayol mengemukakan pentingnya administrasi. Menurut penulis manajemen biasa dikatakan sebagai ilmu jika teori-teorinya mampu menentukan manajer dengan memberi kejelasan bahwa apa yang harus dilakukan pada situasi tertentu dan memungkinkan mereka meramalkan akibat-akibat dari tindakan-tindakanya.              
            Menurut Mary Parker Follet manajemen sebagai seni untuk melasanakan pekerjaan melalui orang-orang. Defenisi ini perlu mendapat perhatian karena berdasarkan kenyataan, manajemen mencapai tujuan organisasi dengan cara mengatur orang lain.
Adapun interpretasi tentang pendidikan berbeda-beda menurut para pakar. Perbedaannya tak lain hanya terletak pada sudut pandang. Di antara mereka ada yang  mendefinisikan dengan mengkonotasikan dengan peristilahan bahasa, keberadaan, dan hakekat kehidupan manusia di dunia ini, dan ada pula yang melihat dari segi proses kegiatan yang dilakukan dalam penyelenggarakan pendidikan. Tetapi semua pendapat itu bertemu dalam pandangan bahwa pendidikan adalah suatu proses mempersiapkan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien.
Oleh karena itu, pendidikan benar-benar merupakan latihan fisik, mental, dan moral bagi individu-individu supaya mereka menjadi manusia yang berbudaya. Sehingga mampu memenuhi tugasnya sebagai manusia dan menjadi warga negara yang berguna. Inilah yang kelihatannya merupakan pandangan yang kebanyakan dipegang oleh para ahli pendidikan terkemuka sepanjang zaman. John Dewey, misalnya mengemukakan; bahwa pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan fundamental, secara intelektual dan emosional, ke arah alam sesama manusia.[10]
Adapun Mohammad Nasir menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbigan jasmani dan rohani yang menuju kepada kesempurnaan dan kelengkapan arti kemanusiaan dengan arti sesungguhnya.[11]Pengertian tersebut hampir sama dengan pengertian yang dipublikasikan oleh Ahmad D. Marimba, bahwa pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.[12]
Dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa manajemen pendidikan Islam adalah proses perencanaan, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan pendidikan Islam dengan segala aspeknya agar tujuan pendidikan  tercapai secara efektif dan efisien
            Tujuan utama manajemen pendidikan, Menurut Shrode dan Voich tujuan utama manajemen adalah produktifitas dan kepuasan.[13]mungkin saja tujuan ini tidak tunggal bahkan jamak, seperti peningkatan mutu pendidikan/lulusanya, keuntungan/profit yang tinggi, pemenuhan kesempatan kerja, pembangunan daerah/ nasional tanggung jawab sosial. Tujuan-tujuan ini ditentukan berdasarkan penataan dan pengkajian terhadap situasi dan kondisi organisasi, seperti kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman.
            Apabila produktivitas merupakan tujuan maka perlu dipahami makna produktivitas itu sendiri. Sutermeister membataskan produktivitas sebagai ukuran kuantitas dan kulaitas kinerja dengan mempertimbangkan kemanfaatan sumber daya. Produktivitas itu sendiri dipengaruhi perkembangan bahan, teknologi, dan kinerja manusia. Pengertian konsep produktivitas berkembang dari pengertian teknis sampai dengan perilaku. Produktifitas dalam arti teknis mengacu kepada derajat keefektifan, efisiensi dalam penggunaan sumber daya. Sedangkan dalam pengertian perilaku, produktifitas merupakan sikap mental yang senantiasa berusaha untuk terus berkembang.
III. Konsep Manajemen dalam Lembaga  Pendidikan
            Setiap jenis pengetahuan termasuk pengetahuan manajemen mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemology) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan manajemen tersebut disusun. Ketiganya berkaitan satu sama lain (sistem). Berdasarkan landasan ontologi dan aksiologi itu, maka bagaimana mengembangkan landasan epistemology yang sesuai. Persoalan utama yang dihadapi oleh setiap epistemology pada dasarnya bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi. Dengan demikian juga halnya dengan masalah yang dihadapi epistimologi, yakni bagaimana menyusun pengetahuan yang benar untuk menjadi masalah mengenai dunia empiris yang akan digunakan sebagai alat untuk meramalkan dan mengendalikan peristiwa atau gejala yang muncul. Di dalam pengetahuan manajemen, falsafah pada hakikatnya menyediakan seperangkat pengetahuan untuk berfikir efektif dalam memecahkan masalah-masalah manajemen. Ini merupakan hakikat manajemen sebagai suatu disiplin ilmu dalam mengatasi masalah organisasi berdasarkan pendekatan keilmuan. Bagi seorang manajer perlu pengetahuan tentang kebenaran manajemen, asumsi yang telah diakui, dan nilai-nilai yang telah ditentukan. Pada akhirnya semua itu akan memberikan kepuasan dalam melakukan pendekatan yang sistematik dalam peraktek manajerial.
            Manajemen mempunyai peran atau membantu menjelaskan perilaku organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas, dan kepuasan. Karakteristik teori manajemen secara garis besar dapat dinyatakan:
1)      Mengacu pada pengalaman empirik,
2)      Adanya keterkaitan antara satu teori dengan teori lain
3)      Mengakui kemungkinan adanya penolakan.
Di dalam proses manajemen digambarkan fungsi-fungsi manajemen secara umum yang ditampilkan ke dalam perangkat organisasi dan dimulai dikenal sebagai teori manajemen klasik. Menurut teori klasik pilar-pilar manajemen klasik terdiri dari 3 pilar yaitu: pembagian kerja, struktur, rentang pengawasan. Namun banyak ahli yang mengatakan bahwa manajemen belum mempunyai teori yang standar, tetapi sebagai pendekatan. Karena itu teori seringkali dikatakan sebagai pendekatan manajemen secara klasik, neoklasik dan pendekatan modern. Salah satu teori klasik yang tergolong paling tua adalah manajemen ilmiah yang dipelopori oleh Henry Fayol. Tergolong dari teori klasik ini yaitu; tentang studi waktu dan gerak, administrasi, birokrasi. Sedangkan teori neoklasik seringkali dikaitkan dengan pendekatan perilaku, yaitu teori kebutuhan manusia, teori kepribadian dan organisasi selanjutnya teori modern yaitu; pimpinan situasional, dan hubungan bagian dalam sistem dan lingkungan.
Manajemen mempunyai prinsip dasar dalam praktik pendidikan antara lain:
a.       Menentukan cara/metode kerja
b.      Pemilihan pekerja dan pengembangan keahliannya.
c.       Pemilihan prosudur kerja.
d.      Menentukan batas-baras tugas
e.       Mempersiapkan dan membuat spesipikasi tugas
f.       Melakukan pendidikan dan latihan
g.      Menentukan sistem yang menghasilkan[14]
Semua itu dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi dan produktifitas pendidikan. Banyak sumber daya manajemen yang terlibat dalam organisasi atau lembaga-lembaga termasuk lembaga pendidikan, antara lain: manusia, sarana dan prasarana, biaya, teknologi dan informasi. Namun demikian sumber daya yang paling penting dalam pendidikan adalah sumber daya manusia. Bagaimana manajer menyediakan tenaga, bakat kreativitas, dan semangatnya bagi organisasi. Karena tugas terpenting dari seorang manajer adalah menyeleksi, menempatkan, melatih dan mengembangkan sumberdaya manusia. Persoalannya pengembagan sumber daya manusia mempunyai hubungan yang positif dengan produktivitas dan pertumbuhan organisasi, kepuasan kerja, kekuatan dan profesionalitas manajer.                   
            Sumber daya manusia menurut penulis terkandung aspek: kompetensi, keterampilan, kemampuan, sikap, perilaku, motivasi, dan komitmen. Dalam pendidikan, jenis sumber daya berdasarkan ruang lingkup keterlibatannya ke dalam penyelenggaraan pendidikan dikelompokkan kedalam SDM Pendidikan dalam sekolah dan SDM pendidikan luar sekolah. Apabila dilihat dari segi tugas pokoknya, dibedakan menurut tenaga teknis, tenaga administratif dan tenaga penunjang. Selanjutnya dalam PP 38/1992 tentang tenaga kependidikan ditegaskan pengelompokannya menjadi tenaga pendidik, (pembimbing, pengajar, pelatih), pengelolaan, pengawas, laporan, teknisi sumber belajar, peneliti dan penguji.
            Persoalan pokok dalam pembinaantenaga kependidikan adalah pembinaan etos kerja. Etos kerja adalah sikap mentaluntuk menghasilkan produk kerja yang baik, bermutu tinggi baik barang maupunjasa. Etos kerja dipengaruhi oleh sikap, pandangan, cara-cara, dankebiasaan-kebiasaan kerja yang ada pada seseorang, suatu kelompok atau bangsa.Pembinaan etos kerja ini merupakan bagian dari pembinaan tata nilai, dan dalam dunia pendidikan masalah ini tidak cukup diperhatikan. Pada pengembangan mutu SDM ini yang paling banyak dilakukan pembinaan keterampilan untuk melakukan sesuatu yang nyata seperti keterampilan komputer, menjahit, akuntansi, dan sebagainya. Akan tetapi membentuk keinginan bagaimana melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sebaik-baiknya kurang diperhatikan. Tentunya hal ini dapat terwujud jika kemampuan menghasilkan sesuatu yang bermutu itu ditunjang oleh etos kerja, motivasi tinggi untuk berprestasi. Bagaimana caranya memupuk etos kerja. Salah satu  usaha dengan menciptakan suasana kerja yang mengantarkan perilaku karyawan/ guru ke arah yang lebih produktif secara langsung mengubah sikap, pandangan harapan dan keterampilan/ keahlian yang lebih efektif yang sekarang sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Dan ini tantangan para manajer/pimpinan pendidikan.
IV PENUTUP
            Dari pemaparan diatas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa :
1.      Manajemen pendidikan Islam adalah proses perencanaan, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan pendidikan Islam dengan segala aspeknya agar tujuan pendidikan  tercapai secara efektif dan efisien
2. Manajemen mempunyai peran atau membantu menjelaskan perilaku organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas, dan kepuasan.  Manajemen juga mempunyai prinsip dasar dalam praktik pendidikan antara lain: Menentukan cara/metode kerja, Pemilihan pekerja dan pengembangan keahliannya, Pemilihan prosudur kerja, Menentukan batas-baras tugas, Mempersiapkan dan membuat spesipikasi tugas, Melakukan pendidikan dan latihan dan Menentukan sistem yang menghasilkan
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Khursyid Prinsip-prinsip Pendidikan Islam, Terj., M. Hashem Bandung, 1958,

Arsyad,Azhar "Superioritas Konsep Pendidikan Islam: fungsi dan peranan IAIN."Makalah Seminar Sehari Dewan Eksekutif Mahasiswa DEMA)", Makassar: IAIN Alauddin , 2003

Darajat, Zakia Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: Ruhama, 1995

Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV. Toha Putera, 1989), h. 15

Fattah, Nanang Landasan Manajemen Pendidikan, Cet. V; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001

Folet, Managerial Proses and Organisational Behavior Glenview: Scott, ttp

Getteng, Abd. Rahman. Tantangan Pendidikan Islam Dalam Menghadapi Era Teknologi dan Globalisasi, dalam  lentera edisi Perdana Ujung Pandang, Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin Makassar

Gulick , Luther Dictionary of Education New York: McGraw-Hill Book Company, t.tp

Mapaganro Makalah Seminar Regional Badan Eksekutif Mahasiswa Fak. Tarbiyah IAIN Alauddin Makassar dengan tema Prospek dan Tantangan pendidikan Islam dalam Konteks Ke-Indonesiaan,  Gedung Serba Guna: 5 Peb 2002  

Muhammad Natsir, Capita Selekta, Bandung : Gravenhage, 1954

Smith, Adan Management System Analysis and Aplication (Cet. I; Japan: Holt Saunders International, 1982

William, Shrode A. Organization and Management Basic  Syestem Comcepts, Malaysia: Irwin Book, t.tp





[1] Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV. Toha Putera, 1989), h. 15

[2] Lihat Abd. Rahman Getteng, Tantangan Pendidikan Islam Dalam Menghadapi Era Teknologi dan Globalisasi, dalam  lentera edisi Perdana (Ujung Pandang, Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin Makassar) h. 8
                [3] Lihat Azhar Arsyad, "Superioritas Konsep Pendidikan Islam: fungsi dan peranan IAIN."Makalah Seminar Sehari Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA)",( Makassar: IAIN Alauddin , 2003), h. 1

[4] Lihat Mapaganro Makalah Seminar Regional Badan Eksekutif Mahasiswa Fak. Tarbiyah IAIN Alauddin Makassar dengan tema Prospek dan Tantangan pendidikan Islam dalam Konteks Ke-Indonesiaan,  (Gedung Serba Guna: 5 Peb 2002), h. 1  

[5] Lihat Zakia Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 1995),  h. Xi
[6] Luther Gulick , Dictionary of Education (New York: McGraw-Hill Book Company, t.tp), h. 145

[7] Folet, Managerial Proses and Organisational Behavior (Glenview: Scott, ttp), h. 39 
[8] Liat Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan (Cet. V; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 2
[9] Adan Smith, Management System Analysis and Aplication (Cet. I; Japan: Holt Saunders International, 1982), h 29

[10]Khursyid Ahmad, Prinsip-prinsip Pendidikan Islam, Terj., M. Hashem Bandung, 1958, h.9

[11]Lihat Muhammad Natsir, Capita Selekta (Bandung : Gravenhage, 1954), h.87
[12]M.Nglim Purwanto, op. cit., h. 59

[13] Shrode A. William, Organization and Management Basic  Syestem Comcepts(Malaysia: Irwin Book, t.tp), h. 132
[14] Ibid

0 komentar

Posting Komentar