Sabtu, 01 Oktober 2016

QASHASHUL QUR’AN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an merupakan kalam Allah SWT. yang berisi petunjuk bagi manusia. Ajaran-ajarannya disampaikan secara variatif serta dikemas sedemikian rupa. Ada yang berisi informasi, perintah dan larangan, dan ada juga yang dimodifikasi dalam bentuk diskriftif kisah-kisah yang mengandung ibrah yang dikenal dengan kisah-kisah dalam Al-Qur’an. Tuntunan dalam al-Qur’an adakalanya disampaikan melalui kisah-kisah dengan tujuan untuk menjelaskan bantahan terhadap kepercayaan-kepercayaan yang salah dan bantahan terhadap setiap bujukan untuk berbuat ingkar, serta menerangkan prinsip-prinsip Islamiyah dalam berdakwah.

            Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT. mempunyai banyak keunikan, salah satu keunikannya adalah suka mendengar dan mempelajari cerita. Hal tersebut, disebabkan karena kisah dapat menarik perhatian apabila di dalamnya terselip pesan-pesan dan pelajaran yang dapat menanamkan kesan rasa ingin tahu tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Nasihat atau pelajaran yang disampaikan tanpa variasi walau dengan tutur kata yang indah belum tentu dapat menarik perhatian akal. Bahkan isinya pun belum tentu dapat dipahami. Akan tetapi bila nasehat itu dituangkan dalam bentuk kisah yang menggambarkan peristiwa dalam realita kehidupan, maka akan terwujudlah dengan jelas tujuannya. Sehingga akan merasa senang mendengarkan, memperhatikannya dengan penuh kerinduan dan rasa ingin tahu, dan pada gilirannya ia akan terpengaruh akan nasehat dan pelajaran yang terkandung di dalammya.
Kesusasteraan kisah dewasa ini telah menjadi seni yang khas diantara seni-seni bahasa dan kesusasteraan. Kisah yang benar telah membuktikan kondisi ini dalam uslub arabi secara jelas dan menggambarkannya dalam bentuk yang paling tinggi, yaitu kisah-kisah al-Qur’an.[2]Kisah-kisah dalam al-Qur’an tentu saja berbeda dengan cerita atau dongeng lainnya, karena mempunyai karakteristik di dalamnya. Dalam al-Qur’an kisah merupakan petikan-petikan dari sejarah sebagai pelajaran bagi umat manusia yang senantiasa dapat menarik manfaat dari peristiwa-peristiwa itu.
            Secara eksplisit al-Qur’an berbicara tentang pentingnya sejarah, hal tersebut tertera dalam QS. Ali Imran (3):140 berbunyi:
إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ
Terjemahnya:
Dan kamu (pada perang uhud) terkena luka, Maka kaum lainpun (kafir) kena luka pula seperti itu. Dan hari (kejayanan dan kekalahan) itu akan datang silih berganti.[3]



B. Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana pengertian Qashashul Qur’an?
2.      Berapa macam Qashashul Qur’an?
3.      Bagaimana karakteristik Qashashul Qur’an?
4.      Apa tujuan Qashashul Qur’an?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Qashashul Qur’an
            Kata Qashashulberasal dari bahas Arab yang merupakan bentuk jamak dari kata Qishash yang berarti tatabbu’ al-atsar (napak tilas/ mengulang kembali masa lalu).  Qishash menurut Muhammad Ismail Ibhrahim yang berarti “hikayat (dalam bentuk) prosa yang panjang”.[4]sedang menurut Manna Khalil al-Qattan “qashashtu atsarahu” yang berarti “kisah ialah menelusuri jejak”.[5] Kata al-qashashadalah bentuk masdar seperti dalam firman Allah QS. Al-Kahfi (18): 64 disebutkan:
فَارْتَدَّا عَلَى آثَارِهِمَا قَصَصًا
Terjemahnya:
            “Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula”.[6]
Maksudnya kedua orang itu kembali mengikuti jejak darimana keduanya itu datang. Dan firmanNya melalui lisan ibu Musa, QS. Al-Qashash (28): 11 sebagai berikut: Terjemahnya:
            “Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: ikutilah dia”.[7]
Maksudnya ikutilah jejaknya sampai kamu melihat siapa yang mengambilnya. Secara etimologi  (bahasa), al-qashashmempunyai arti urusan (al-amr), berita (al-khabar), perbuatan (al-sya’an),dan keadaan (al-hal).[8] Dalam kamus Bahasa Indonesia, kata al-Qashsash diterjemahkan dengan kisah yang berarti kejadian (riwayat, dan sebagainya).[9] Menurut Al-Raghib al-Ishfahani, Qashsash adalah akar kata (mashdar) dari qashsha yaqushshu, secara lughawi konotasinya tak jauh berbeda dari yang disebutkan di atas, yang dipahami sebagai “cerita yang ditelusuri”[10] seperti dalam firman Allah swt. Qs Yusuf (12): 111:
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لأولِي الألْبَابِ
Terjemahnya:
            Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunya akal”.[11]
            Dengan melihat beberapa arti Qishshash di atas dapat diambil pengertian bahwa Qishashsama dengan kisah yang mempunyai arti segala peristiwa, kejadian atau berita yang telah terjadi dari suatu cerita untuk menelusuri jejaknya.
Adapun yang dimaksud dengan Qashashul Qur’an adalah
 إخبار عن الأحوال الماضية والأنبياء القدماء والأحداث الواقعة فى الماضى.
            “Pemberitaan mengenai keadaan umat terdahulu, nabi-nabi terdahulu, dan peristiwa yang pernah terjadi”.[12]
            Menurut perspektif al-Qur’an, Allah swt. mengungkapkan diriNya melalui peristiwa-peristwa, namun wahyuNya menggunakan tema-tema yang sudah terkenal dan dinyatakan kembali sampai orang-orang beriman meresapinya.[13]Al_Qur’an banyak mengandung keterangan tentang kejadian pada masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan neger-negeri dan peninggalan atau jejak setiap umat. Ia menceritakan semua keadaan mereka dengan cara yang menarik mempesona.
            Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dikatakan, bahwa pada kisah-kisah yang dimuat dalam al-Qur’an semuanya cerita yang benar-benar terjadi, tidak ada cerita fiksi, khayal, apalagi dongeng. Jadi bukan seperti tuduhan sebagian orientalis bahwa al Qur’an ada yang tidak cocok dengan fakta sejarah.[14]
B.Macam-macam Qashashul Qur’an
            Kisah-kisah dalam al-Quran di bagi menjadi tiga macam,[15]yaitu:
1.      Dilihat dari sisi pelaku
Dilihat dari sisi pelaku, Manna al- Qathtan membagi menjadi tiga macam yaitu:
a)      Kisah para nabi
Bagian ini bersikan tentang ajakan  para nabi kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat yang memperkuat dakwahnya, sikap orang-orang yang memusuhinya, tahapan-tahapan dakwah dan perkembangannya serta akibat yang menimpa orang beriman (mempercayai) dan golongan yang mendustakan para nabi. Misalnya kisah nabi Nuh as., Ibrahim as., Musa as., Harun as, Isa as., Muhammad saw, dan nabi-nabi serta rasul lainnya.
b)      Kisah yang berhubungan dengan masa lalu dan orang-orang yang tidak disebutkan kenabiannya.
Misalnya kisah orang yang keluar dari kampung halamannya, yang beribu-ribu jumlahnya karena takut mati, kisah Talut dan Jalut, dua orang putera Adam, Ashabul Kahfi, Dzul Qarnain, Qarun, Ashabus Sabti (orang –orang yang menangkap ikan pada hari sabtu), misalnya Maryam, Ashabul ukhdud, Ashabul Fil dan lain-lain.
c)      Kisah yang terjadi pada masa Rasulullah SAW
Seperti perang Badar dan Uhud dalam surah Ali Imran, perang Hunain dan Tabuk dalam surah al_Taubah, perang al-Akhzab, Hijrah, Isra’ dan lain-lain.
            Cerita-cerita mengenai para nabi dalam Al-Qur’an bervariasi sesuai dengan kasus, tetapi mereka semua adalah pemberi peringatan yang mendapat perlindungan Allah swt. Kepada para hambaNya. Perlindungan ini adalah salah satu elemen dalam narasi yang dipercepat dengan insiden. Contoh Nabi Ibrahim AS diselamatkan dari api yang dilempar kedalamnya oleh umatnya setelah dia menghancurkan patung-patung QS. al Anbiya’ (21): 68-71. Nabi Isa as diselamatkan ketika Allah swt, secara mukjizat menghalanginya dari orang-orang Yahudi dari menyalibnya QS. an-Nisa (4): 157.[16] 
2.      Dilihat dari panjang pendeknya
Dilihat dari panjang pendeknya, kisah-kisah al-Qur;an dapat dibagi menjadi tiga,[17]yaitu:
a.       Kisah panjang, contohnya kisah nabi Yusuf a.s dalam QS. Yusuf (12) yang hamper seluruh ayatnya mengungkapkan kehidupan nabi Yusuf, sejak masa kanak-kanak sampai dewasa dan memiliki kekuasaan.
b.      Contoh lainnya adalah kisah nabi Musa a.s dalam surah al-Qashash (28), kisah nabi Nuh a.s dan kaumnya dalam QS Nuh (71), dan lain-lain.
c.       Kisah yang lebih pendek dari bagian yang pertama (sedang), seperti kisah Maryam dalam QS Maryam (19), kisah Ahzab al-Kahfi pada QS al-Kahfi (18), kisah nabi Adam a.s dalam QS al-Baqarah (2), dan QS Thoha(20), yang terdiri atas sepuluh atau beberapa belas ayat saja.
d.      Kisah pendek yaitu kisah yang jumlahnya kurang dari sepuluh ayat, misalnya kisah nabi Hud a.s nabi Luth a.s dalam Qs al-A’raaf (7), kisah nabi Shahih a.s dalam Qs Hud (110), dan lain-lain.
3.      Dilihat dari jenisnya
Dilihat dari jenisnya Kisah-kisah dalam al-Quran di bagi menjadi tiga macam,[18] yaitu:
a.       Kisah Sejarah (al-qishash al-tarikhiyyah), berkisar tentang kisah-kisah sejarah, seperti para nabi dan rasul.
b.      Kisah sejarah/ perumpamaan (al-qishash al-tamtlisiyah), untuk menerangkan atau memperjelas suatu pengertian, bahwa peristiwa itu tidak benar terjadi tetapi hanya perkiraan.
c.       Kisah asatir, kisah ini untuk mewujudkan tujuan-tujuan ilmiah atau menafsirkan, fenomena yang ada atau menguraikan masalah yang sulit diterima akal.
Kisah-kisah al-Qur’an pada umumnya mengandung tiga unsur[19] yaitu:
1)      Pelaku (al-sakhsiyyat), kisah-kisah yang terdapat dalam al-Qur’an tidaklah hanya manusia. Dalam QS an-Naml (27): 23, tetapi juga ada malaikat, dalam QS Hud (11): 69-83, Jin dalam  QS saba’ (34):12, dan binatang (burung, semut, dll), dalam QS An-Naml (27): 18-19.
2)      Peristiwa (ahdats), hal ini terbagi menjadi: peristiwa yang berkelanjutan, peristiwa yang dianggap luar biasa dalam QS Almaidah (5): 110-115, dan peristiwa yang dianggap biasa dalam QS Almaidah (5):116-118.
3)      Dialog (alhiwar), dalam QS Al-A’raf (7):11-25, Thaha (20): 9-99.
C. Karakteristik  Qashashul Qur’an
Al-Qur’an  tidak menceritakan kejadian dan peristiwa secara berurutan (kronologis) dan memaparkan kisah-kisah itu secara panjang lebar. Tetapi terkadang berbagai kisah disebutkan berulang-ulang dibeberapa tempat, ada pula beberapa kisah disebutkan al-Qur;an dalam bentuk yang berbeda, disatu tempat ada bagian yang di dahulukan dan ditempat lain diakhirkan. Kadang-kadang pula disajikan secara ringkas dan kadang secara panjang lebar. Hal tersebut menimbulkan perdebatan diantara kalangan orang yang meyakini dan orang-orang yang meragukan al-Qur’an. Mereka yang ragu terhadap al-Qur’an sering mempertanyakan, mengapa kisah-kisah dalam al-Qur’an tidak disusun secara kronologis dan sistematis sehingga lebih mudah dipahami? Karena hal itu tersebut menurut mereka dipandang tidak efektif dan efisien.[20]
Menurut Manna Khalil al-Qattan, bahwa penyajian kisah-kisah dalam al-Qur’an begitu rupa mengandung beberapa hikmah[21] yaitu,
1.        Menunjukkan kehebatan mukjizat al-Qur’an
2.        Memberi perhatian besar terhadap kisah tersebut untuk menguatkan kesan yang mantap dan melekat dalam jiwa
3.        Memperlihatkan adanya perbedaan tujuan diungkapkannya kisah tersebut.
Sedang faedah Qashashul Qur’an adalah sebagai berikut[22]:
1.        Menjelaskan prinsip-prinsip dakwah dan pokok-pokok syariat yang dibawa oleh setiap nabi, QS. al Anbiya’ (21):25.
2.        Meneguhkan hati Rasulullah dan umatnya dalam menegakkan agama Allah SWT. serta menegakkan kepercayaan orang-orang yang beriman melalui datangnya pertolongan Allah SWT. dan hancurnya kebatilan beserta para pendukungnya, QS. Hud (11):120.
3.        Membenarkan nabi-nabi terdahulu dan mengingatkan kembali jejak-jejak mereka.
4.        Memperlihatkan kebenaran nabi Muhammad SAW. dalam penuturannya mengenai orang-orang terdahulu.
5.        Membuktikan kekeliruan ahli kitab yang telah menyembunyikan keterangan dan petunjuk, QS. Ali Imran (3):93
6.        Kisah merupakan salah satu bentuk sastera yang menarik bagi setiap pendengarnya dan memberikan pengajaran yang tertanam dalam jiwa, QS Yusuf (12): 111.
D. Tujuan Qashasul Qur’an
                Adanya kisah dalam al-Qur’an menjadi bukti kuat bagi umat manusia bahwa al-Qur’an sangat sesuai dengan kondisi mereka karena sejak kecil sampai dewasa bahkan sampai tua, jarang orang yang tak suka pada kisah, apalagi bila kisah mempunyai tujuan ganda, yakni disamping pengajaran dan pendidikan juga berfungsi sebagai hiburan. Al-Qur’an sebagai kitab hidayah mencakup kedua aspek itu, disamping tujuan yang mulia, juga kisah-kisah tersebut diungkapkan dalam bahasa yang indah dan menarik, sehingga tak ada orang yang bosan membaca dan mendengarnya. Sejak dahulu sampai sekarang, telah berlalu empat belas abad, kisah-kisah al-Qur’an yang diungkapkan dalam bahasa Arab itu masih up dated, mendapat tempat dan hidup di hati umat, padahal bahasa-bahasa lain telah banyak yang masuk museum, dan tidak terpakai lagi dalam berkomunikasi seperti bahasa Ibrani, Latin dan lain-lain.[23]
          Cerita-cerita dalam al-Qur’an bukanlah suatu gubahan yang bernila sastera saja, baik gaya bahasa maupun cara menggambarkan peristiwa-peristiwa, tetapi merupakan suatu media untuk mewujudkan tujuan yang asli. Kisah-kisah dalam al-Qur’an secara umum mempunyai tujuan untuk kebenaran dan semata-mata untuk keagamaan.[24]Adapun tujuan-tujuan kisah dalam secara keseluruhan dapat dirinci sebagai berikut[25]:
1.        Menetapkan adanya wahyu dan kerasulan, QS. Yusuf (12): 2-3, QS. (28):3, QS. (3):44.
2.        Menerangkan bahwa agama semuanya dari Allah SWT. QS. (21): 51-92
3.        Menerangkan bahwa semua agama itu dasarnya satu dan semuanya dari Tuhan Yang Maha Esa, QS. Al-A’raf (7):59
4.        Menerangkan bahwa cara yang ditempuh oleh nabi-nabi dalam berdakwah itu satu dan sambutan kaum mereka terhadap dakwahnya itu juga serupa. QS. Hud
5.        Menerangkan dasar yang sama antara agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW.  Dengan agama nabi Ibrahim a.s secara khusus. Dengan agama-agama bangsa Israil pada umumnya dan menerangkan bahwa hubungan ini lebih erat daripada hugungan umum antara semua agama.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa:
1.        Qashashul Qur’an adalah kisah-kisah dalam al-Qur’an tentang kejadian dimasa lampau yang bersisi pesan-pesan kepada umat manusia untuk senantisa bertakwah kepada Allah SWT.
2.        Kisah-kisah dalam al-Qur’an terbagi menjadi tiga yaitu:
a. Dilihat dari segi pelaku, terdiri dari;
     1.Kisah para Nabi.
    2. Kisah-kisah yang berhubungan dengan kejadian masa lalu dan orang-orang
        Yang tida disebutkan kenabiaannya.
          3. Kisah-kisah tentng kejadian pada masa Rasulullah SAW.
b. Dilihat dari panjang pendeknya, terbagi menjadi;
    1. Panjang.
    2. Sedang.
    3. Pendek.
c. Dilihat dari segi jenisnya, dibagi menjadi;
    1. Kisah sejarah (al-Qishash al-Tarikhiyyah)
    2. Kisah perumpamaan (al-Qishash al-Amtsaliyyah)
    3. Kisah Asatir

3.        KarakteristikQashashul Qur’an yaitu dengan cara pengulangan kisah dibeberapa tempat, adapula sebuah kisah disebutkan dalam al-Qur’an dikemukakan dalam bentuk yang berbeda, disuatu tempata ada bagian yang didahulukan dan ditempat lain diakhirkan. Kadang-kadang pula disajikan secara ringkas dan kadang secara panjang lebar. Penyajian kisah-kisah Al-Qur’an seperti itu mengandung hikmah dan faedah Qashashul Qur’an yang ada di dalamnya.

4.        Tujuan dari kisah-kisah Al-Qur’an adalah supaya umat manusia bisa mengambil pelajaran berharga dari kisah tersebut dan membuktikan kebenara Al-Qur’an.
a.       Menetapkan adanya wahyu dan kerasulan
b.      Menerangkan bahwa agama semuanya dari Allah swt
c.       Menerangkan bahwa semua agama itu dasarnya satu dan semuanya dari Tuhan Yang Maha Esa
d.      Menerangkan bahwa cara yang ditempuh oleh nabi-nabi dalam berdakwah itu satu dan sambutan kaum mereka terhadap dakwahnya itu juga serupa.
e.       Menerangkan dasar yang sama antara agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad saw  dengan agama nabi Ibrahim a.s secara khusus. Dengan agama-agama bangsa Israil pada umumnya dan menerangkan bahwa hubungan ini lebih erat daripada hubungan umum antara semua agama.
B. Saran-saran
            Penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekeliruan yang terdapat dalam penyusuanan makalah ini, baik dari segi penulisan maupun dalam pembasannya. Oleh karena itu, penulis memohon saran dan kritikannya yang bersifat membangun sehingga dalam penyusunan makalah-makalah selanjutnya dapat lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon, Ilmu Tafsir, Cet.III; Bandung: Pustaka Setai, 2006
Baidan, Nashruddin, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Basri, Hasan, Horizon Al-Qur’an, dari judul asli Lea grands themes du Coran oleh Jasques Jomies Cet. I; Jakarta: Balai Kajian Tafsir Al-Qur’an Pase, 2002
Chitjin, Muhammad, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an; Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa, 1998.
Hanafi, Segi-Segi Kesusesteraan pada Kisah-Kisah Al-Qur’an; Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1984.
Husayn, Muhammad al-Khidr, Balaghat Al_Qur’an, Ali al-Ridha al-Tunisi, 1971.
Ibrahim, Muhammad Ismail, Mu’jam al-Alfazh waA’lam al-quraniyyat, Dar al-Fikr-al-a’rabi, 1969
Al- Ishfahani, Al-Raghib, al-mufradat fi Gharib al-Qur’an, ed. Muhammad Sayyid Kaylani, Mesir: musthafa al-Bab al-Halab,t.t.
Poewarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1984.
Al-Qattan, Manna khalil, Mahabis fi Ulum al-Qur’an, Mansyurat al-Asr al-Haidis, 1973.
Qutb, Sayyid, Seni Penggambaran dalam Al-Qur’an, terjemah Chadidjah Nasution;
  Yogyakarta: Nur Cahaya, 1981.

Said, M, Tarjamah Al-Qur’an al Karim, Crt.I; Bandung: PT Alma’arif, 1987.


Daftar ayat-ayat Al-Qur’an yang memuat kisah-kisah
1.        Al-Baqarah (2): Adam diajari benda-benda:31, Adam digoda Setan: 36, Adam dikeluarkan dari Surga:36, Fir’aun dan pengikutnya ditenggelamkan: 50, Kekejaman Fir’aun terhadap Bani Iarail: 49, Iblis menggoda Adam: 36, Ibrahim berebat dengan raja:258, Ibrahim mendirikan Baitullah dengan Ismail:127, Israil dan Jalut: 249, Israil melanggar aturan hari Sabtu: 65, Israil meminta Musa memperlihatkan Tuhan: 55, Daud membunuh Jalut: 251, Harut dan Marut: 102, Nabi Musa menyeberangi laut: 50, Kaum nabi Musa: 50.
2.        Ali Imran (3): Istri Imran menadzarkan anaknya kepada Tuhan:35, Maryam menerima kabar kehadiran Isa: 45-49, Perang Badar dan Uhud: 121-127.
3.        An-Nisa(4): Israil meminta Musa memperlihatkan Tuhan: 153, Nabi Musa berbicara langsung pada Tuhan: 164, Kaum nabi Musa menyembelih anak sapi: 153.
4.        Al-Maidah (5): Habil dan pembunuh pertama: 27-31, Isa:110-115, Irail enggan memasuki Palestina: 20-26, israil melanggar aturan hari Sabtu: 69, Tuhan mengambil perjanjian dengan anak Israil yang dua belas: 12, Qabil membunuh saudaranya: 30.
5.        Al-A’raf(7): Adam digoda setan: 22, Percakapan Musa dengan Fir’aun: 104-105, Iblis diusir dari surge: 13-18, Iblis menggoda Adam: 20-22, Luth: 80-84, Nabi Musa berbicara langsung dengan Tuhan: 144, Tongkat nabi Musa berubah jadi ular: 107, Nuh: 59-64, Kaum nabi Musa menyembelih anak sapi: 148.
6.        Al-Anfal(8): Pembetalan perjanjian dengan musyrikin: 58
7.        At-Taubah(9): Kaum Ad: 70, Perang Hunain: 25-59, Tabuk: 38-43, Pembatalan perjanjian dengan musyrikin: 12.
8.        Yunus(10): Kekejaman Fir’aun terhadapa Bani Israil: 83, Nabi Musa menyeberangi laut: 90, Nuh: 71-74.
9.        Hud(11): Kaum Ad’: 50,53,59,60, Hujan batu yang menimpa kaum Luth: 82, Kisah Ibrahim didatangi tamu Malaikat: 69-76, Ibrahim menerima berita kelahiran Ishak: 71, Nabi Nuh diperintahkan bawa sepasang untuk setiap jenis binatang ke dalam bahteranya: 40, Nuh: 25-48, Tempat berlabuh perahu nabi Nuh: 44, Puteri nabi Nuh: 78-79.
10.    Yusuf (12): Zulaikha menggoda Yusuf: 26, 30, 32, 51, Nabi Yusuf dipenjarakan: 35.
11.    Ar-Rad (13): Kisah nabi Yusuf dan Zulaikha: 33.
12.    Ibrahim(14): Kaum ‘Ad: 9.
13.    Al-Hijr (15): Hujan batu yang menimpah kaum Luth: 74, Kisah Ibrahim didatangi tamu malaikat: 51-58, Jin dikeluarkan dari surge: 34, Luth: 59-76, Puteri nabi Luth: 71.
14.    Al-Isra’(17): Penghancuran Baitul Maqdis oleh Babilonia: 5, Penghancuran Baitul Maqdis oleh Romawi: 7, Fir’aun dan pengikutnya ditenggelamkan: 103, Israil diperintahkan mendiami suatu negeri: 104, Isra’:1.
15.    Al-Kahfi(18): Khidil membetulkan dinding rumah: 77, Khidil membocorkan perahu: 71, Khidir membunuh seorang pemuda: 74, Nabi Musa bertemu dengan Khidir: 60-82.
16.    Maryam(19): Maryam membawa Isa kepada kaumnya: 27, Maryam melahirkan Isa: 23-26.
17.    Thaha(20): Adam digoda setan: 120-121, Adam dikeluarkan dari surga: 123, Percakapan Musa dengan Fir’aun :5-58, Percakapan Musa dengan tukang sihir: 64-67, Nabi Musa hijrah ke Madyan: 40, Tongkat nabi Musa menjadi ular:20, Kaum nabi Musa menyembelih anak sapi:88.
18.    Al-Anbiya(21): Ibrahim dibakar: 69-70, Ibrahim menghancurkan berhala: 57-67.
19.    Hajj(22): Kaum Ad: 42, Tuhan menyiksa orang-orang yang berbuat kejahatan di Masjidil Haram: 25.
20.    Al-Mu’minun( 23): Nabi Nuh diperintahkan membawa sepasang untuk tiap jenis hewan dalam bahteranya: 27, Nuh: 23-29.
21.    An-Nur(24): Fitnah terhadap istri nabi Muhammad: 11-15.
22.    Al-Furqan(25): Kaum Ad: 38, Hujan batu yang menimpah kaum Luth: 40, Negeri Sodom: 40, Penduduk Rass yang dibinasakan Tuhan: 38.
23.    As-Syura(26): Kaum Ad: 123, Fir’aun dan pengikutnya ditenggelamkan: 66, Musa an Fir’aun menyeberangi laut: 61-68, Kisah Hud dan kaum ‘Ad: 123-139, Hujan batu yang menimpah kaum Luth: 173, Luth: 167-173, Nuh: 105-120.
24.    An-Mal(27): Pembicaraan burung-burung hud dengan nabi Sulaiman: 20-2, Hujan batu yang menimpah kaum Luth: 58, Jin Ifrit membawa singgasana Ratu Bilqis: 39, Tongkat nabi Musa menjadi ular: 31.
25.    Al-Qashash(28): Kekejaman Fir’aun terhadap bani Israil:4, Kesombongan Qarun: 78, Qarun memiliki kunci harta yang berat:76, Nabi Musa dibuang ke sungai: 7, nabi Musa hijrah ke Madyan: 22, Tongkat nabi Musa menjadi ular: 31.
26.    Al-Ankabut (29): Kaum Ad: 38, Ibrahim dibakar: 24, Cobaan terhadap nabi Luth: 28, Negeri Sodom: 31.
27.    Luqman(31): Nasihat Luqman kepada anaknya: 13.
28.    Al-Ahzab(33): Umat Islam berperang dengan bani Quraishah: 26, 27.
29.    Saba’(34): Negeri Saba’:15, Rayap: 14.
30.    Ash-Safat(37): Ibrahim menghancurkan berhala: 93, Ibrahim menyembelih Ismail: 102-103, Ibrahim menerima berita kelahiran Ishak: 112-113.
31.    Shad(38): Kaum Ad:12, Nabi Ayyub diperintahkan hijrah: 41, Cobaan terhadap nabi Daud: 42, Iblis diusir dari surga: 17, 21, 22, 23, 26, 27.
32.    Al-Mu’min( 40): Kaum Ad: 31, Fir’aun bertekad membunuh nabi Musa: 26.
33.    Fushilat(41): Kaum Ad: 15.
34.    Az-Zukhruf (43): Pengaruh Fir’aun: 54.
35.    Ad-Dukhan(44): Nabi Musa menyeberangi laut: 24.
36.    Al-Ahkaf(46): Kaum ‘Ad:21
37.    Al-Fath (48): Hudaybiah: 18, 24.
38.    Qaf(50): Kaum Ad: 13, Penduduk Rass dibinasakan oleh Tuhan: 12.
39.    Adz-Zariyat(51): Kaum Ad: 51, Kisah Ibrahim bertemu malaikat :24-29, Ibrahim menerima kehadiran Ishak: 28.
40.    An-Najm (53): Kaum ‘Ad:50,  nabi Muhammad bertemu dengan Jibril dalam bentuk asli: 6, 13, nabi Muahammad melihat Jibril di Sidratul Muntaha:13-14
41.    Al-Qamar(54): Kaum Ad: 18,19,20, Kehancuran Fir’aun: 41-41, Kehancuran kaum Luth: 33-40, Kehancuran kaum Nuh: 9-16, Kehancuran kaum Tsamud:23-32.
42.    Al-Hasyr(59): Pengusiran orang Yahudi dari Madinah: 2-5.
43.    At-Tahrim (66): Istri Luth yang berkhianat: 10, Kehidupan nabi Muhammad dengan istrinya: 1-6.
44.    Nuh(71): Azab yang ditimpakan kepada kaum Nuh: 25, Nabi Nuh menyeru kaumnya: 2-4.
45.    ‘Abasa(80): Teguran kepada nabi Muhammad karena bermuka masam: 1-10.
46.    At-Takwir(81): Nabi Muhammad melihat malaikat jibril di ufuk terang: 23.
47.    Al-Fajr(89): Kaum Ad: 6.




[1]Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir, (Crt. III; Bandung: Pustaka Setia, 2006). H. 65.
[2]Manna Khalil al-Qatta, Manahis fi Ulum al-Qur’an, (Mansyurat al-Asr al-Haidis, 1973), h. 305
[3]M. Said, Tarjamah Al-Qur;an al Karim, (Cet. I; Bandung: PT. Alma’arif, 1987), h. 62.
[4]Muhammad Ismail Ibrahim, Mu’jam al-Alfazh waAlam al-Qur’anniyat,(Dar al-Fikr-al’Arabi,1969), h.140
[5]Manna Khalil al-Qattan, op.cit.,h.305
[6]M. Said, Tarjamah, Op, cit., h. 272
[7]Ibid., h. 350
[8]Manna khalil al-Qattan, Op. cit.,
[9]Purwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), h. 512
[10]Al-Raghib al Isfahani, al Mufradat Fi Gharit al Qur’an, ed. Muhammad Sayyid Kailani, (Mesir: Mustafa al Bab al Halabih), t.t.,h. 404
[11]M. Said, Op. Cit., h. 224
[13]Hasan Basri, Horizon al Qur’an, dari judul asli Les Grens Themes Du Coran oleh Jacquis Joner ( Cet. I; Jakarta: Balai Kajian Tafsir al Qur’an Pase, 2002), h. 80
[14]Muhammad al Khidir Husain, Balogat al Qur’an, (Ali al Rida al Tunisi, 1971), h. 104
[15]Manna Khalil al Qattan, Op. Cit., h. 306
[16]Hasan Basri, Op. Cit., h. 82
[17] Hanafi, Segi-segi Kesusesteraan pada Kisah-kisah al Qur’an, (Jakarta: Pustaka al Husna, 1984), h. 1516
[18] Ibid, h. 74
[19] Rosihan Anwar, Op. Cit,. h. 67-72
[20] Muhammad Chirjin, al Qur’an dan Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa, 1989), h. 11.
[21] Menjelaskan ketinggian kualitas al-Qur’an.
[22] Ibid, h. 30.
[23] Nasruddi Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h.230
[24] Sayyid Qutb, Seni Penggambaran dalam al Qur’an, Terjemah Khadijah Nasution(Yogyakarta: Nur Cahaya, 1981), h. 138.
[25] Muhammad Chirjin, Op. Cit,. h. 120-121

0 komentar

Posting Komentar